۞ اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ ۖ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ۚ نُورٌ عَلَىٰ نُورٍ ۗ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ
لِلنَّاسِ ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
___________________-
Merasakan cahaya adalah nikmat yang luarbiasa. Terlebih dalam keremangan dan kegelapan yang menggunung ini. Mendapati cahaya sekilas saja jangan dibiarkan. Karena itulah kebaikan Sang Maha yang tak ternilai harganya.
Sekalipun kita mengumpat, lepas sudah bagian terindah yang seharusnya bisa kita dapat. Sekalipun kita bersyukur, bertambahlah segunung kebaikan dan sayang dari Sang Maha.
Saat kita dikelilingi beribu cahaya, tapi kita tak merasa dan mengacuhkannya. Seakan diri masih terjaga dari kelindan yang menjamukan kita kedalam kenistaan. Tapi saat cahaya itu mulai meremang dari pelupuk mata, kita baru sadar bahwa cahaya itu sangat berharga.
Kita berusaha mengejarnya sekuat tenaga, tapi lari kita seakan tanpa daya. Kita berusaha teriak, barang kali ada kawan yang bisa menolong kita, tapi nihil. Suara kita sudah tak bersuara.
Lalu bagaimana?
BEFORE THAT THE LIGHT WILL GO AWAY!
Comments