Skip to main content

KH Shodiq Muslih

KIAI SODIQ
 
Saat haul ke-27 KH Shodiq Muslih, pendiri Pesantren Mambaul Huda Genukwatu Ngoro Jombang, Selasa (9/8/2016), Pengasuh Pesantren Al Muhibbin Bahrul Ulum Tambakberas KH Jamaludin Ahmad menceritakan sejumlah keistimewaan Kiai Shodiq.
 
’’Kiai Sodiq ini namanya, perkataannya, dan firasatnya, sama. Sodiq semua. Jarang ada orang yang nama dan perkataan serta perbuatannya sama seperti beliau,’’ tutur Kiai Jamal.
 
Kiai Jamal lantas menceritakan sejumlah mukasyafahnya Kiai Sodiq. Kiai Sodiq ini masih pakdenya Kiai Jamal.

1.      Kiai Jamal pernah bertanya kepada ibunda Kiai Sodiq. ’’Bu, panjenengan kok bisa punya anak seperti Kiai Sodiq ini bagaimana?’’ kata Kiai Sodiq. Ibunda Kiai Sodiq cerita, beberapa kali punya anak laki-laki selalu lahir meninggal. Akhirnya begitu hamil lagi, sang ibu memutuskan untuk terus berpuasa sampai melahirkan. Hingga lahirlah Kiai Sodiq. ’’Agar bertahan hidup, ibunya memberi nama gudel. Jadi Kiai Sodiq ini kecilnya bernama gudel,’’ jelasnya. Anehnya, tetangga-tetangganya yang sakit selalu minta diludahi Kiai Sodiq kecil yang bernama gudel. ’’Setelah diludahi, ternyata memang sembuh,’’ paparnya. Nama gudel baru di rubah setelah nyantri ke Lirboyo.

2.      Pada 1980, Kiai Jamal pernah diajak Kiai Sodiq ke makam Mbah Sodiqun Ngoro. Setelah dari makam, Kiai Sodiq bilang; ’’ Aku dan kamu segera berangkat haji, Mal. Cuma lebih dulu kamu.’’ Ternyata benar. Pada 1981, Kiai Jamal haji. Sementara Kiai Sodiq belum.

3.      Pada 1982, Kiai Jamal diajak Kiai Sodiq ke makam Mbah Abdul Muhyi Pemijahan Ciamis. Setelah dari makam itu, Kiai Sodiq cerita disuruh buat makjud. Cara buatnya seperti ini. Cara merebus dan membungkusnya seperti ini. Dan lain-lain. Makjud itu laris manis. Sampai ke luar Jawa bahkan ke Malaysia. Sehingga akhirnya terkumpul uang untuk berangkat haji buat Kiai Sodiq bersama istri. Pada 1983, Kiai Sodiq akhirnya berangkat haji. ’’Setelah itu, Kiai Sodiq tidak buat makjud lagi. Karena hanya disuruh buat makjud agar bisa haji saja,’’ jelasnya.

4.      Saat haji, dihadapan kakbah Kiai Sodiq menangis. Beliau memohon kepada Allah agar ditunjukkan  jumlah jamaah haji yang mambrur. Ternyata jumlahnya sangat sedikit. ’’Beliau ditunjukkan dengan dilemparkan segenggam nekeran. Berarti dari ribuan yang haji, yang mambrur hanya sejumlah satu genggam nekeran,’’ jelasnya. Kiai Jamal menambahkan, haji mambrur memang sulit. ’’Agar mambrur, tak boleh maksiat sama sekali. Ini sulit. Karena kadang masih melihat yang maksiat,’’ paparnya. Abi Abdillah Aljauhari, pernah diperlihatkan Allah bahwa dari 600 jamaah haji tahun itu, yang mambrur hanya enam. ’’Itu yang mambrur bi nafsih. Yang lainnya mabrur bighoirihi  yakni karena doanya para wali-wali,’’ jelasnya.

5.      Kiai Sodiq pernah mengajak santrinya ke makam Mbah Abdur Rohman Pagerwojo Perak. Kiai Sodiq lalu tanya kepada santrinya. Tadi ketok opo. Santrinya menjawab, saya glambyar kiai. Iyo tapi ketok opo.  Santrinya menjawab ketok atau merasa diberi minum es degan. ’’Karena di sekitar situ memang banyak yang jual es degan,’’ kata Kiai Jamal disambut tawa jamaah. Kiai Sodiq membenarkan penglihatan itu. Dan menyampaikan bahwa santri itu akan dikaruniai anak yang hapal Quran. ’’Ternyata benar.Dari enam anak santri itu, dua hapal Quran,’’ jelasnya.

6.      Suatu hari, usai ngaji malam selasa. Paginya usai jamaah Subuh Kiai Sodiq ngadep kearah muridnya. Kiai Sodiq tanya. Tadi ketok apa. Santrinya jawab, glambyar kiai. Iya, tapi sing ketok opo. Santrinya jawab, ketok Mbah Samsun Gayam. Kiai Sodiq membenarkan. Mbah Samsun pamit hendak mati. Tiga hari kemudian, Mbah Samsun meninggal.

7.      Suatu hari, Kiai Sodiq nyambangi mertua santrinya yang sakit. Kiai Sodiq lalu pesan, mertuamu jangan ditinggal. Dua hari setelahnya, mertua santri itu mati.

8.      Suatu hari, ada murid Kiai Sodiq yang tidak bisa memamah makanan. Gigit jari saja tak bisa. Karena gigi atas dan bawah tak bisa ketemu. Oleh dokter spesialis, dia divonis kanker sehingga harus operasi. Sama Kiai Sodiq, santri itu disuruh makan reumacyl satu. Lalu tidur telentang dan pahanya disuruh injak-injak anak kecil. Malam hari itu dilakukan, paginya sembuh.

9.      Suatu hari, ibu salah satu santri datang. Dua tahun lamanya dia tak bisa tidur dan makan. Sehingga sangat kurus. Diperiksakan dokter tak ada penyakitnya. Dalam Ihya Ulumudin juz 3 disebutkan, jika sakit fisik tapi tak ditemukan penyakitnya, berarti harus dibawa ke dokter batin. Sama Kiai Sodiq, ibu itu lalu disuruh suluk di Tulungagung selama 40 hari. Setelah itu, dia sembuh.

10.   Suatu hari, ada santri radang usus. Sama dokter, tak boleh makan pedas. Oleh Kiai Sodiq, justru disuruh beli Lombok satu kilogram. Lalu diperes dan airnya diminum. Setelah itu, dia sembuh.

11.   Suatu ketika, ada cewek matanya terus melek satu. Jadi meski tidur, satu matanya tak bisa menutup.  ’’Ini cewek prawan, anake wong sugih. Jadinya gak payu rabi,’’  kata Kiai Jamal. Oleh Kiai Sodiq, disuruh ambil daun kecubung satu. Diremet. Lalu dikecerno matanya. Setelah itu matanya jadi normal.

12.   Suatu ketika, Kiai Jamal diajak Kiai Sodiq ke makam Mbah Abdul Mursyad di utara Pabrik Gula Mrican. Setelah dari makam, Kiai Sodiq bilang. Bahwa namanya bukan Abdul Mursyad. Tapi Abdullah Mursyad. Kiai Sodiq juga bilang, setelah diparani ini, makam itu akan ramai peziarah. ’’Sekarang, makam tersebut memang ramai peziarah," tuturnya..

Comments

Popular posts from this blog

HUKUM MEMPERINGATI PERAYAAN MAULID NABI SAW

Syi'iran Maulud Nabi Dari KH.M.Djamaluddin Ahmad (Jombang) HUKUM MEMPERINGATI PERAYAAN MAULID NABI SAW Peringatan ( kelahiran nabi ) yang lebih populer dengan ‘’ maulidan ’’ merupakan sebuah tradisi, sekaligus memiliki makna yang mendalam. Sejak dulu, kaum muslimin  telah melakukan peringatan mauled Nabi Saw. Sedangkan, orang yang  pertama kali melaksanakan ‘’Maulidan’’ adalah Rosulullah Saw. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadis Imam Muslim. Namun, sebagian orang masih menganggab bahwa peringatan mauled Nabi Saw merupakan perbuatan bid’ah, dengan alasan bahwa Nabi Saw tidak pernah mengajarkan. Dalam sebuah hadis, Nabi Saw memiliki kebiasaan puasa sunnah senin dan kamis. Ternyata, puasa tersebut memiliki tujuan mulia bagi Nabi Saw, yaitu sebagai bentuk rasa syukur atas kelahirannya. Hal ini terungkap saat salah satu sahabat menanyakan kebiasaan Nabi Saw berpuasa pada hari senin. عن أبي قتادة ، أن أعرابيا قال : يا رسول الله ما تقول في صوم يوم الإثنين ؟ فقال : « ذاك يوم و...

Karakteristik Ajaran Islam

KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Ilmu Pengantar Islam Dosen Pengampu: Moh. Dliya’ul Chaq. M. HI. Oleh: 1.       Muhammad Zulfi Fanani 2.       Hasbullah 3.       Muhammad Afwan Imamul Muttaqin 4.       Lugina M Ramdan 5.       Muhammad Irham Mabruri INSTITUT AGAMA ISLAM BANI FATTAH (IAIBAFA)  TAMBAKBERAS JOMBANG 2017 BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Setiap agama mempunyai karakteristik ajaran yang membedakan dari agama-agama lain. Agama yang didakwahkan secara sungguh-sungguh diharapkan dapat menyelematkan dunia yang terpecah-pecah dalam berbagai bagian-bagian. Perpecahan saling mengintai dan berbagai krisis yang belum diketahui bagaimana cara mengatasinya. Tidak mudah m...

'Mbeling'

Ba'da hataman ngaji kilatan. Ramadhan 1439H Mbeling (Bapak Muhammad Zulianto) Tidak selalu dunia-nya santri lurus dan tenang-tenang saja. Bahkan dibanyak waktu, kelokan tajam dan lubang jalan terjal nyantri kerap menguji. Ada saja masalahnya. Mulai ekonomi sampai "mbolos" ngaji. Dari belajar nakal sampai rambut dipetal. Dari nggandol makan di warung sampai nggandol truck di jalanan. Hingga terkena "candu" warung kopi sampai soal asmara antar asrama. Atau bahkan sampai tidak naik kelas. "Mbeling" adalah istilah yang memiliki banyak arti dan sudah membumi di kalangan santri. Apalagi bagi santri yang memang "mbeling". Rasanya memang tidak lengkap jika nyantri hanya melulu lurus mengaji, nderes, setoran dan wetonan. Sekali-kali harus (pernah) mbeling. Ibarat masakan, mbeling adalah bumbu penyedapnya. Dan penyedap tak perlu banyak-banyak. Asal takaranya terukur dan ada resep yang mengarahkan.             Gus Dur ...