"Maafkan aku Al". Ungkapku melepas keheningan. Al sejenak melirikku, lantas berpaling memandangi langit malam yang kosong. Aku menghela nafas.
"Al, kamu marah ta?". Aku menghela nafas lagi. Tanpa respond, Al tetap memandangi langit malam. Aku menelan ludah.
Aku sedikit heran dengannya, padahal langit malam ini kosong, tak ada bulan pun bintang, hanya ada gumpalan mendung yang garang. "Lantas apa yang Al pandang?". Gumamku dalam hati.
"Lihatlah Af, langit malam ini sangat gelap kan? tak ada bintang bulanpun tak datang". Ungkapnya, aku memandangnya. Matanya sembab, bibirnya terlungkap, dan perlahan kembali berucap.
"Meski langit begitu garang, gelap, dengan gumpalan awan mendung yang menyelimutinya, tapi aku terus mencari celah cahaya disana Af, aku terus mencarinya karena aku tahu bahwa langit tak selamanya akan seperti ini". Al mendukkan kepalanya, menahan tangisn. Aku menghela nafas dalam-dalam, dan membelai lamat-lamat punggung yang berbalut baju merah itu.
"Al, kamu marah ta?". Aku menghela nafas lagi. Tanpa respond, Al tetap memandangi langit malam. Aku menelan ludah.
Aku sedikit heran dengannya, padahal langit malam ini kosong, tak ada bulan pun bintang, hanya ada gumpalan mendung yang garang. "Lantas apa yang Al pandang?". Gumamku dalam hati.
"Lihatlah Af, langit malam ini sangat gelap kan? tak ada bintang bulanpun tak datang". Ungkapnya, aku memandangnya. Matanya sembab, bibirnya terlungkap, dan perlahan kembali berucap.
"Meski langit begitu garang, gelap, dengan gumpalan awan mendung yang menyelimutinya, tapi aku terus mencari celah cahaya disana Af, aku terus mencarinya karena aku tahu bahwa langit tak selamanya akan seperti ini". Al mendukkan kepalanya, menahan tangisn. Aku menghela nafas dalam-dalam, dan membelai lamat-lamat punggung yang berbalut baju merah itu.
Comments