Skip to main content

Kisah: Same Feel


Iki kisah langka. Tentang bagaimana serunya mengadu resah. Juga sulitnya menjaga niat.
  • BAGIAN 1
Entah mimpi apa malam itu. Heheh 

Mendapat kesempatan bisa mbarengi belajar Faroidh adalah anugrah terindah. Indah, jika kita siap melalukannya. Berarti juga siap menghadapi segala kemungkinan yang belum sempat kita fikirkan sebelumnya.

Berawal dari keinginan belajar Faroidh. Sedari awal nyantri, belum sekalipun ilmu faroidh ku pelajari. Sekedar membolak-balikkan lembaran kitabnyapun membuat pening kepala.

Sampai pada suatu saat. Tepatnya beberapa bulan lalu, Pak "M" memberi tawaran belajar bareng.

"Samian mau belajar Fafoidh a?"

"Hehehe. Asline kepuingin Pak. Sejak kulo mondok, sampek sekarang belum perah belajar itu"

"Ikut aku ae, belajar bareng. Nanti samian dapat kitab gratis. Gimana?"

"Wuhh. Mantap niku Pak. Kapan?". Spontan hatiku mantap pingin ikutan.

"Belajarnya malam hari. Tapi ada syaratnya!"

"Nopo Pak?"

"Malamnya belajaar. Paginya Ngamalkan".

"Woow. Siap niku Pak". Jawabku girang. Fikirku, dengan mengamalkan setelah belajar pasti bisa mempercepat faham kita dengan ilmu tersebut.

"Tapi nang FH Putri".

Aku tersentak "MasyaAllah Pak!".

"Wes talah. Pingin iso opo nggak?"

"Pingin Pak.. Tapi..". Jawabku gemetar. Sengaja ku putus omonganku biar Pak "M" bertanya 'tapi apa?' Eh, ternyata fikiranku salah lagi

"Wes! nggak usah tapi-tapian. Mulai nanti malam langsung dimulai"

Sekejap aku mematung. Mendiamkan diri sambil menerka kiranya apa yang akan terjadi 2 minggu kedepan.

#
  • BAGIAN 2
Siang itu, merupakan siang paling istimewa. Tak ada perasaan segila ini sebelumnya. Hehehe.

Sebelum masuk ke kelas. Aku ingat betul pesan Pak "M" malam tadi; "Tenang saja. biasanya anak putri itu tanyae gak angel-angel. paling 'Bapak rumahnya mana?' ' Umur berapa?' dan sejenisnya. Jadi digae santai. Ok?"

Haaah. Sejenak aku berkutat dengan beberapa helaan nafas panjang.

BISMILLAH....

Berjalan lancar. Meski sedikit ling-lung. Aku mulai ngobrol kilasan ilmu ini. Sejarahnya, dalilnya, mabadi' 'asyroh-nya, dan apa-apa yang ada pada muqoddimah. Mereka mengamini. Tapi beberapa ada yang membumi "Pak, pertemuan pertama mbok ya kenalan, crita-crita nguten lo Paak"

Hehehe. Aku cengingisan. Seakan lupa kala aku juga berposisi seperti mereka beberapa tahun silam. Mintanya pasti perkenalan, cerita, sampek jam-nya habis. Hahaha. Iya, aku mulai ingat.

Akhirnya aku beri mereka penawaran. "Samian tanya saja, nanti insyaAllah saya jawab"
Soalnya, kalau cerita langsung, takutnya ngglambyar. hehe

Satu-Dua pertanyaan sudah terlewat. Hingga jam pelajaran habis.

Eits! Sek sek. Ono sing ketinggalan😂

Sebenarnya aku sudah menduga dari awal. Bahwa aku tidak akan bisa lepas dari saya yang namanya 'mesem' Wkwkwk. Akhirnya betul. Sebelum aku keluar, setelah salam. Aku turun dari bangku, berjalan menuju pintu. Dan entah, sudah ku tahan sekuat tenaga. Keceplosan juga. Wkwkwk

  • Bagian 3

Hari-hari berikutnya menyenangkan. Wkwkwk. Disela-sela penat pelajaran, kami bisa saling lempar tawa, berbagi cerita, dan tak lepas dari tingkah nakalnya. Hahaha. Dari sini, aku sadar juga belajar tentang bagaimana cara menahan diri. 

"Ada yang tanya?" Tawarku. Aku menerka ndak akan ada yang nanya aneh-aneh, mereka akan bertanya seperti hari pertama dulu. Yaa, seputar bagaimana-bagaimananya budak ini. hehe

Tapi anggapan itu kliru. Ada yang angkat tangan. Dua, bahkan empat anak. Sejurus, aku digruduk dengan pertanyaan seputar faroidh. Hehehe. Aku menelan ludah. Bersikap sewajarnya. Menjawab sekenanya. Hehe

Ini yang beda. Anggapan-anggapan tentang sumpeknya kelas *pr, atau apalah, ternyata tidak terjadi dikelas saya. Hehe Justru keaktifan belajarnya itulo, nyenengin banget. Tantangan besar buat saya yang harus mempersiapkan materinya.

Tentu saya sangat bertrimakasih kepada semuanya. Terlebih anggota kelas 9E '18 yang sedia memperhatikan ruwetnya pemaparan saya. hehe

  • Bagian 4
Minggu kedua bermula rindang. Selaras dengan langit siang itu. Berjalan beriringan, riang gembira sama belajar. Tapi, ada yang lebih mengesalkan dari kerinduan. Kesempatan!.

Hari itu, aku bertarung dengan pilihan. Ada agenda tahunan. Kalau aku mengikutinya, bisa sampai 2 bahkan 3 hari. Otomatis kelas akan kosong dan hasilnya penyampaian materi akan tersenggal. Tapi kalau tidak ikut, aduh. Kesempatan bisa nderek (ikut) Yai sepuh tidak lagi bisa diterka 'kapan.' Saya pun mengikuti agenda itu. Tentu dengan beberapa pertimbangan dan saran atasan. Hehehe.

Sebagaimana harusnya daun pada angin, aku melajur sebisaku, sekuatku. Sedapatnya. ini juga opsi dari atasan. hehehe

Maka dengan setulus hati saya. Saya mohon maaf kepada semua temen-temen. Sebenarnya saya tahu rekan kelas pada kesel soale materinya tersenggal, ndak mencapai target. Hehehe. Sampai-sampai saya pernah bilang: "Kalau umpama anak putra, enak. Saya tinggal bilang gini "Kalau materinya belum tercapai, bisa kita lanjutnya diluar forum ya". Hehehe"

Yaa. Semoga Allah memberikan pemahaman lebih pada kita semua ya. Masio titik tapi nyantol, faham, manfaat. Amiin

#
Kalau lupa, InsyaAllah ndak. Selama saya masih bisa bernafas. hehe. Kecuali kalo personalnya. 

😁😄
Oia, terimakasih juga buat bingkisannya. Hehehe. Jujur, saya belum pernah punya kaos yang neko-neko seperti itu. Hehehe Dan, rasa kepingin saya berhasil kalian obati. Terimakasih. Hehehe

Trimakasih-trimakasih

😀
Juga ada hem buagus dari rekan-rekan banjari. Hehe Trimakasih banyak. Maaf cerita perjalanan banjarinya belum saya tulis. Soalnya bisa jadi, perjalanan kita belum selesai. Hehe😅

Trimakasih trimakasih. Sudah rela menyisihkan uang jajannya. Hehe

#

Do'aku, apapun itu, adalah yang terbaik untuk kalian.💪


@affa_esens
*Yangkatanyabelumpantesdipanggilbapakdanmemangnggakpantes. Hehehe

Comments

Popular posts from this blog

HUKUM MEMPERINGATI PERAYAAN MAULID NABI SAW

Syi'iran Maulud Nabi Dari KH.M.Djamaluddin Ahmad (Jombang) HUKUM MEMPERINGATI PERAYAAN MAULID NABI SAW Peringatan ( kelahiran nabi ) yang lebih populer dengan ‘’ maulidan ’’ merupakan sebuah tradisi, sekaligus memiliki makna yang mendalam. Sejak dulu, kaum muslimin  telah melakukan peringatan mauled Nabi Saw. Sedangkan, orang yang  pertama kali melaksanakan ‘’Maulidan’’ adalah Rosulullah Saw. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadis Imam Muslim. Namun, sebagian orang masih menganggab bahwa peringatan mauled Nabi Saw merupakan perbuatan bid’ah, dengan alasan bahwa Nabi Saw tidak pernah mengajarkan. Dalam sebuah hadis, Nabi Saw memiliki kebiasaan puasa sunnah senin dan kamis. Ternyata, puasa tersebut memiliki tujuan mulia bagi Nabi Saw, yaitu sebagai bentuk rasa syukur atas kelahirannya. Hal ini terungkap saat salah satu sahabat menanyakan kebiasaan Nabi Saw berpuasa pada hari senin. عن أبي قتادة ، أن أعرابيا قال : يا رسول الله ما تقول في صوم يوم الإثنين ؟ فقال : « ذاك يوم و...

Karakteristik Ajaran Islam

KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Ilmu Pengantar Islam Dosen Pengampu: Moh. Dliya’ul Chaq. M. HI. Oleh: 1.       Muhammad Zulfi Fanani 2.       Hasbullah 3.       Muhammad Afwan Imamul Muttaqin 4.       Lugina M Ramdan 5.       Muhammad Irham Mabruri INSTITUT AGAMA ISLAM BANI FATTAH (IAIBAFA)  TAMBAKBERAS JOMBANG 2017 BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Setiap agama mempunyai karakteristik ajaran yang membedakan dari agama-agama lain. Agama yang didakwahkan secara sungguh-sungguh diharapkan dapat menyelematkan dunia yang terpecah-pecah dalam berbagai bagian-bagian. Perpecahan saling mengintai dan berbagai krisis yang belum diketahui bagaimana cara mengatasinya. Tidak mudah m...

'Mbeling'

Ba'da hataman ngaji kilatan. Ramadhan 1439H Mbeling (Bapak Muhammad Zulianto) Tidak selalu dunia-nya santri lurus dan tenang-tenang saja. Bahkan dibanyak waktu, kelokan tajam dan lubang jalan terjal nyantri kerap menguji. Ada saja masalahnya. Mulai ekonomi sampai "mbolos" ngaji. Dari belajar nakal sampai rambut dipetal. Dari nggandol makan di warung sampai nggandol truck di jalanan. Hingga terkena "candu" warung kopi sampai soal asmara antar asrama. Atau bahkan sampai tidak naik kelas. "Mbeling" adalah istilah yang memiliki banyak arti dan sudah membumi di kalangan santri. Apalagi bagi santri yang memang "mbeling". Rasanya memang tidak lengkap jika nyantri hanya melulu lurus mengaji, nderes, setoran dan wetonan. Sekali-kali harus (pernah) mbeling. Ibarat masakan, mbeling adalah bumbu penyedapnya. Dan penyedap tak perlu banyak-banyak. Asal takaranya terukur dan ada resep yang mengarahkan.             Gus Dur ...