Skip to main content

Cerpen: 'Norte Empreinte,RIO !'

Norte Empreinte,RIO !
(Al-awwal)






            Sudah hampir dua tahun lamanya aku bersahabat dengannya,semenjak dari aku bertemu dan berkenalan dengannya di pesantren.Rio namanya,dari awal aku bertem dengannya hingga sekarang,dia tetap teman yang baik,ramah dan rajin dalam segala hal kebaikan.
            Saat itu,saat dimana aku baru menginjakkan kaki de pesantren,aku melihat seorang anak seumuranku duduk sendirian,entahlah,aku ak au dia sedang apa,yang jelas dia sendiri dan menangis.Aku mencoba mendekatinya dan dduduk di sampingnya.
“Kamu kenapa nangis?”.Tanyaku padanya.
Dia segera mengusap linangan air matanya,dan ak berkata sedikitpun.
“Sudahlah,kalau niat kamu benar-benar tegak lurus untuk belajar di pesantren ini,ga’ usah mkirin pacar lagi…!”.Guauku padannya.
Dia menoleh.”Hey …. ! Siapa yang mikirin pacar ? yang bener aja kau ! “.Dia nyengir.Penuh ekspresi.
“Hahahaha .. bercanda Broo…!”.Aku memegang pundaknya,terbahak.
“Lo?? Ngajak berantem kau ?? .Aku tersentak,dia tak merespond gurauanku.
“Woles broo… wolesss……!”.Ku usap bahunya,tanpa ku alihkan suasana.
“Astagfirullah….. ngapunten ..ngapunten, !”.Aku mulai heran,ternyata dia bisa melebur emosi secepat itu.
“walah …. Biasah ae !”.Tanpa senyum .Datar.
“Nama mu siapa ?”.Dia bertanya.
“Aku Dimas,kamu ? “.
“Aku Rio,kamu mau jadi sahabat ku?”.
“Tentu saja “. Tanpa berfikir panjang,aku mengajaknya mengelilingi asrama pesantren ini.

            Mulai saat itulah aku punya sahabat di pesatren.Sebagai santri baru tentunya kami belum mengerti benar masalah wudhu’,shalat.najis,dan kawan-kawannya.Namun,kakak-kakak snatri yang benar-benar telah faham-lah yang mengajari kami,perlahan,hingga kami mengerti.Di pesantren,ada yang namanya Kyai ,beliau bukan hanya mengajari para santrinya,namun juga membimbing dengan penuh perhatian,layaknya orang tua.

            Sudah genap dua tahun lamanya aku berada di pesantran,bersama sahabatku,Rio.Dialah yang memberi aku semangat saat aku klemar-klemer,yang menemaniku apapun keadaanya.Aku bersamanya bukan hanya merasa nyaman,tapi juga merasa tenang.Minggu-minggu ini Rio jarang sekali kelihatan,apa lagi bersamaku.Nembel kitab yang sudah menjadi rutinitas kami pun sudah tak pernah.Aku bangkit dari lamunanku dan berjalan mencarinya.Ku telusuri di tiap kamar,taka da.Sudah hampir seluruh sudut dan ruangan di pesantren ini ku telaah, tetap tak ku dapati dia.Hingga akhirnya aku pegi menuju kantor untuk mencari informasi tentangnya.
            Ku pandang senja telah pudar.Aku menuju kantor melewati halaman luas.Tepat di sebelah mobil Jazz merah,aku melihat rio bersama seorang wanita yang mungkin saja itu adalah ibunya.Dia tak hanya bersama wanita itu,melainkan dengan tan besar dan beberapa kardus.Dia memasukkannya kedalam mobil itu.Eantahlah,apakah aku sadar atau tidak dengan kejadian yang ada di hadapanku ini.Secara otomatis,otakku mencerna,dia akan pergi dan mungkin tak kembali ke pesantren ini(boyong).Dan artinya aku akan kehilanganya untuk sementara atau selamanya.
            Aku tak pernah berfikir tentang hal ini.Aku berlari menghampirinya.
“Untuk apa kau pergi Rio?”
“Dimas”.Hanya sekilas dia memandangku,lalu berpaling.
“Rio,kau tak pernah bercerita tentang hal ini,tentang masalahmu.Lantas apa gunanya sahabat?!”.
“Maafkan aku sobat,semoga kau tak akan letih utuk menggapai cita-cita kita dulu,aku tak akan meluakanmu.Maafkan aku…!”.Dia masuk mobil,dan pergi.
“Rio ..!”.Aku tak sanggup bergerak,tak mampu mengejar,hanya kupandangi kepergiannya.
“Apakah aku bermimpi?”.
Sahabatku tlah pergi,menyisakan kenangan-kenangan hati,menyisakan tanda Tanya dalam diri.”Semoga semangatku tak akan pergi seiring kepergianmu Rio!”.
Memang,kodrad alamiah manusia telah terjadi.”Datang dan pergi”.Sama halnya “Hujan dan teduh”.Namun akan datang cahaya ,penebar segala cahaya.Dialah sang mentari,mengabdi dalam singga hati.
“semoga kau datang kembali
Bagai mentari
Yang kan terpenjara remang
Dalam geram,
Semoga kau datang kembali
Bersama alunan impi
Yang dulu kita daki
Hingga kau pergi
Sebelum datangnya sang mentari”

(…..Jejak langkah kita,Rio!.....)


Comments

Popular posts from this blog

HUKUM MEMPERINGATI PERAYAAN MAULID NABI SAW

Syi'iran Maulud Nabi Dari KH.M.Djamaluddin Ahmad (Jombang) HUKUM MEMPERINGATI PERAYAAN MAULID NABI SAW Peringatan ( kelahiran nabi ) yang lebih populer dengan ‘’ maulidan ’’ merupakan sebuah tradisi, sekaligus memiliki makna yang mendalam. Sejak dulu, kaum muslimin  telah melakukan peringatan mauled Nabi Saw. Sedangkan, orang yang  pertama kali melaksanakan ‘’Maulidan’’ adalah Rosulullah Saw. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadis Imam Muslim. Namun, sebagian orang masih menganggab bahwa peringatan mauled Nabi Saw merupakan perbuatan bid’ah, dengan alasan bahwa Nabi Saw tidak pernah mengajarkan. Dalam sebuah hadis, Nabi Saw memiliki kebiasaan puasa sunnah senin dan kamis. Ternyata, puasa tersebut memiliki tujuan mulia bagi Nabi Saw, yaitu sebagai bentuk rasa syukur atas kelahirannya. Hal ini terungkap saat salah satu sahabat menanyakan kebiasaan Nabi Saw berpuasa pada hari senin. عن أبي قتادة ، أن أعرابيا قال : يا رسول الله ما تقول في صوم يوم الإثنين ؟ فقال : « ذاك يوم و...

Karakteristik Ajaran Islam

KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Ilmu Pengantar Islam Dosen Pengampu: Moh. Dliya’ul Chaq. M. HI. Oleh: 1.       Muhammad Zulfi Fanani 2.       Hasbullah 3.       Muhammad Afwan Imamul Muttaqin 4.       Lugina M Ramdan 5.       Muhammad Irham Mabruri INSTITUT AGAMA ISLAM BANI FATTAH (IAIBAFA)  TAMBAKBERAS JOMBANG 2017 BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Setiap agama mempunyai karakteristik ajaran yang membedakan dari agama-agama lain. Agama yang didakwahkan secara sungguh-sungguh diharapkan dapat menyelematkan dunia yang terpecah-pecah dalam berbagai bagian-bagian. Perpecahan saling mengintai dan berbagai krisis yang belum diketahui bagaimana cara mengatasinya. Tidak mudah m...

'Mbeling'

Ba'da hataman ngaji kilatan. Ramadhan 1439H Mbeling (Bapak Muhammad Zulianto) Tidak selalu dunia-nya santri lurus dan tenang-tenang saja. Bahkan dibanyak waktu, kelokan tajam dan lubang jalan terjal nyantri kerap menguji. Ada saja masalahnya. Mulai ekonomi sampai "mbolos" ngaji. Dari belajar nakal sampai rambut dipetal. Dari nggandol makan di warung sampai nggandol truck di jalanan. Hingga terkena "candu" warung kopi sampai soal asmara antar asrama. Atau bahkan sampai tidak naik kelas. "Mbeling" adalah istilah yang memiliki banyak arti dan sudah membumi di kalangan santri. Apalagi bagi santri yang memang "mbeling". Rasanya memang tidak lengkap jika nyantri hanya melulu lurus mengaji, nderes, setoran dan wetonan. Sekali-kali harus (pernah) mbeling. Ibarat masakan, mbeling adalah bumbu penyedapnya. Dan penyedap tak perlu banyak-banyak. Asal takaranya terukur dan ada resep yang mengarahkan.             Gus Dur ...