Skip to main content

Nahdlatul Ulama’, “Rinduku tak ada habisnya!”


Nahdlatul Ulama’, “Rinduku tak ada habisnya!”

Kerinduan si penulis pada Organisasi keagamaan dan kemasyarakatan yang jumlah pengikutnya terbesar di dunia yang tak lain adalah Nahdlatul Ulama’ (NU) sering kali muncul,bukan muncul dengan tanpa sebab ,melainkan muncul karena ada tanda tanya yang Maha besar di benak si penulis.Baru-baru ini, Film tentang perjuangan para Tokoh NU yang mengangkat judul “Sang Kyai” sudah di luncurkan ke tengah-tengah masyarakat Indonesia.Film yang mengandung sejarah besar tersebut membuktikan betapa gigihnya para ulama’ dan kalangan pesantren dalam membela agama dan negara nya,meski habis seluruh darah di badan,menguap segenap air mata,mereka akan berdiri tegak demi membela kehormatan agama dan negara.Dan sekalilagi,Kerinduan si penulis pada NU belum terobati sepenuhnya,karena bagaimanapun pemuda NU tidak sepantasnya melupakan sejarah-sejarah Nahdlatul Ulama’ walaupun kemajuan zaman terus menggerus ingatan para pemuda tentang sejarah Nahdlatul Ulama’.
Mengenai sejarah Nahdlatul Ulama’,dapat kita ketahui bahwa NU dalam setiap gerakanya menghasilkan sesuatu yang menguntungkan banyak kalangan.Ketika Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni Madzhab Wahabi di Makkah,serta hendak menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra Islam yang selama ini banyak di ziarahi karena di angap bid’ah ,mendapat sambutan hangat dari kaum modrenis di indonesia baik kalangan muhammadiyah maupun kalangan PSII.sebaliknya,kalangan Pesantren yang selama ini membela tradisi keberagamaan yang sudah berlangsung lama,menolak pembatasan bermadhab dan menolak penghancuran warisan peradaban tersebut.
Didorong dengan niatnya yang gigih untuk menciptakan kebebasan bemadhab serta peduli terhadap kelestarian warisan peradaban,maka kalangan Pesantren memutuskan membuat delegasi sendiri yang di sebut dengan komite Hijaz yang di ketuai oleh KH Wahab Hasbullah dan para Kyai lainnya.karena banyak desakan dan penolakan dari kalangan Pesantren dan kaum Muslim di seluruh dunia lainya,maka Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya dan hasilnya, hingga saat ini di Makkah dapat melakukan ibadah menurut Madzhab mereka  masing-masing. Itulah peran Nasional kalangan Pesantren NU pertama yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil menyelamatkan paradaban dan peninggalan sejarah Islam yang sangat berharga.
Kalangan Pesantren yang sejak awal dengan gigih melawan kolonialisme ,merespon kebangkitan Nasional  1908 dengan membentuk organisasi pergerakan seperti Nahdlatul Wathan atau kebangkitan tanah air pada tahun 1916 di surabaya yang di pelopori oleh KH Wahab Hasbullah  dan KH Mas Mansyur yang kemudian ia keluar dari Nahdatul Wathan dan aktif di Muhammadiyah.Pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar dikawasan Kebon dalem Surabaya sebagai  wahana pendidikan sosial politik dan keagamaan kaum santri,sebelumnya sepulang dari  menempuh pndidikan islam di makkah ,kyai wahab sempat mendirikan Nahdlatut Tujar atau pergerakan kebangkitan kaum saudagar,serikat ini dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat.
pengalaman sejarah suatu bangsa adalah riwayat hidup bangsa itu sendiri,apapun pengalaman yang di alami duka,nestapa,darah,nyawa,dan perjuangan untuk mencapai kemerdekaan,mengisi dan mempertahankan kemerdekaan serta membangun bangsa dan negara yang di cita-citakan bersama semua terekam dalam arsip yang merupakan memory kolektif bangsa.Nu yang merupakan organisasi gerakan islam yang sejak berdirinya memiliki komitmen terhadap eksistensi bangsa dan negeri ini seperti juga terekam dalam teks-teks sejarah selalu hadir pada saat-saat menentukan nasib bangsa indonesia komitmen pada keindonesiaan telah ditunjukkan oleh organisasi keagamaan terbesar di negeri  ini.
Semasa refolusi pecah ,berpuncak pada perang sepuluh november 1945,orang lebih mengenal pejuang di medan laga adalah Bung Tomo,tak banyak orang yang tahu bahwa pada 21 hingga 22 oktober 1945 para Ulama’ telah mencetuskan Resolusi Jihad yang ditanda tangani di Bubutan Surabaya oleh KH Hasyim Asy’ari,resolusi itu memberikan fatwa bahwa pentingnya membela tanah air dari serangan musuh.Kehadiran tokoh-tokoh Nahdlatu Ulama’ di pentas sejarah memberikan bukti bahwa kaum santri adalah patriot nasionalis,hingga para kaum santri mengikuti  tentara islam yang diberi nama “Laskar Hisbullah”yang mampu untuk lebih mengobarkan semangat kaum santri.
Sudah ‘ ada satu bukti lagi,bahwa NU itu dalam gerakanya  membangun Nasionalis.
            Seiring berjalanya waktu dan Perkembangan zaman yang semakin melunjak,seakan tak akan ada klimaks nya,Organisasi keagamaan dan kemasyarakatan terbesar di dunia (NU) ini perlu,bahkan sangat perlu untuk mendongkrak kembali semangat para masyarakat NU,lebih-lebih para pemuda NU.Kerena secara Organisatoris,saat ini berasa dalam tahap kritis dan layak masuk “Unit Gawat Darurat”,dimana energinya habis terkuras untuk “bertarung”dalam dunia perpolitikan.Selain demoralisasi Ulama’,dalam jangka panjang,energi NU akan tersedot semua untuk merebut dan mempertahankan singgasana kekuasaan.
            Di sisi lain,di tingkat akar rumput,banyak warga NU yang membutuhkan uluran tangan para pengurus NU ataupun pembesar NU.Para buruh,petani,nelayan,dan wiraswastawan kecil,yang mayoritas adalah warga NU,tidak pernah tersentuh denga kebijakan NU.NU lebih berkutat di lingkungan Kyai,pesantren,lembaga pendidikan ma’arif,dan forum-forum pengajian.
            Runtuh sudah benteng perahanan NU.Muru’ah NU tertanggalkan beegitu saja karena kuatnya “birahi politik” elite NU.Para Ulama’ yang selama ini di anggap “Bersih” dan menjaga jarak dengan kekuasaan,dengan suara koor justru mendukun Capres-cawapres.NU yang selama ini berupaya mencerdaskan ummat,justru berbailk arah melakukan pembodohan politik secara masal.Bahkan secara berkelakar,NU di Negara tercinta kita (Indonesia) ini hanya di butuhkan pada dua moment: Pertama,untuk kepentingan pemilu ,karena warga NU begitu banyak,tetapi sehabis sehabis itu NU di tinggal begitu saja oleh “tamu-tamu” kekuasaan.Pengalaman seperti ini sudah terjadi berulang kali. Kedua,NU di butuhkan jika ada konflik di Negeri ini.Sebagai organisasi terbesar,NU hadir sebagai “pemadam kebakaran”,”penengah” antara kelompok yang berkonflik.Apalagi jika konfliknya meluas pada persoalan agama dan etnis,NU-lah yang akan di dorong-dorong agar terus maju guna “memadamkan konflik”.jika semua konflik telah reda,NU kembali seperti semula,ditinggalkan begitu saja.
            Sebenarnya penulis tidak menyalahkan apabila ada dari kalangan NU bergelut di dunia politik,namun bagaimanakah nasib NU yang mungkinsudah terselip di lubuk hatinya?.mengingat begitu kejamnya trik-trikperpolitikan.Akan lebih baik jika kader-kader NU,khususnya geberasi muda NU meneruskan perjuangan para Ulama’ pejuang NU , meneruskan perjuangannya bukan dengan cara berperang memberantas orang non islam(Jihad) yang pernah melanda Bali yakni “bom Bali”.Tapi,membudayakan dan melestarikan Amaliah-amaliah NU yang mampu mendongkrak kembali semangat para warga NU khususnya,lebih-lebih seluruh masyarakat Indonesia.
            Di Indonesia,salah satu amaliah NU yang membudaya adalah “Istighosah”.Kaum Nahdliyin memiliki hubungan sangat erat dengan amaliah Istighosah ini,mulai dari masyarakat kecil hingga pengurus besar NU.Istighosah sangatlah dianjurkan oleh Agama.Lebih-lebih ketika sedang menghadapi musibah atau jalan yang ditempuh semakin sulit.Pada saat itulah sambat  kepada Allah SWT sangatlah diperlukan,yakni dalam bentuk Istighosah.
            Dalam sekala besar,Pengurus Besar Nahdlatul Ulama’(PBNU) telah banyak menggelar Istighasah nasional,yang di hadiri lebih dari satu juta kamu Nahdliyin.Istighasah tersebutpernah di adakan di Lapangan Parkir Monas Jakarta,Gelora 10 Nopember,Lapangan Makodam V/Barawijaya Suabaya,dan masih banyak lagi.Di dalam kalangan NU,Istighosah sudah sangatlah akrab.Sehingga ,istilah yang digunakanpun berbeda-beda,ada yang menyebutnya dengan Istighasah Kubro,Istighasah Akbar,Istighasah Nasional ,dan lain sebagainya.Bahkan,hampir di seluruh lembaga pendidikan ,baik berbau NU ataupun yang lainya menjadikan Istighasah sebagai rutinitas tahunan yang sudah mendarah daging,misalnya pada saat menjelang Ujian kelulusan.
            Selain Istighasah,Amaliah Nu yang mendarah daging di semuakalangan adalah peringatan Maulid Nabi.Orang-orang kalangan NU sudah terbiasa dengan hal ini.Pada umumnya,cara masyarakat memperingati Maulid Nabi ini dengan pembacaan Diba’atau Shalawatan,lalu di isi dengan Ceramah Agama dari para Kyai ataupun Ulama’.
            Tak jarang disetiap daerah meryakan Maulid Nabi dengan acara yang sangat meriah.Seperti memberi hiasan,umbul-umbul,maupun mengarak gunungan hasil bumi keliling kota.Di kabupaten Sidoarjo,Maulid Nabi biasanya di adakan dengan acara yang sangat meriah,di akhir acara biasanya di adakan lelang ikan bandeng yang harganya bisa mencapai jutaan rupiah per-ekonya.Beda lagi di daerah Yogyakarta,Maulid Nabi biasanya di meriahkan dengan Upacara Sekaten.Para abdi dalem membawakan gunungan buah dan hasil bumi ditengah-tengah masyarakat yang ikut serta meramaikan acara terebut.Hingga pada saatntya,masyarakat saling berebut mengambil gununga buah dan hasil bumi yang di percaya membawa berkah.
            Peringatan Maulid Nabi di Indonesia,sudah menjadi acara resmi kenegaraan yang diadakan setiap tahun.Bukan hanya dikalangan pejabat,seluruh pelosok masyarkat pun,memperingati Maulid Nabi dengan cara dan gayanya masing-masing.
            Mulai dari awal hingga menjelang akhir,apa yang di tulis oleh penulis tidak lepas jauh dari yang namanya Pesantren maupun Kyai. Pesantren(lebih dikenal dengan sebutan Pondok Pesantren)adalah lembaga pendidikan dan penyiaran agama islam.Pondok Pesantren ini bermula dari sistem pengembangan pengembangan agama Islam yang dirintis oleh Wali Songo dan menyebar ke seluruh pelosok Nusantara.
            Pondok Pesantren adalah harapan besar Nahdlatu Ulama’.Sebagai sarana mencetak kader-kader penerus NU,dan sangatlah kecil kemungkinan bagi penduduk pesantren untuk berpaling dari ajarannya,walaupun ada hanya beberapa persen.Di pesantren,tradisi-tradisi yang di kembangakan adalah tidak lepas dari NU.Seperti yang telah disebut oleh penulis.Diantaranya adalah Istighosah,Maulid Nabi,pengajian kitab kuning,Ijazah,diba’an,Haul,Salawat Badar,Tahlil,Tawassul,Ziarah kubur,dan lain sebagainya.Meskipun Amaliah-amaliah tersebut sangat di tentang oleh kaum-kaum  bid’ah,yang mengaggap bahwa amaliah-amaliah NU ahlussunnah wal jama’ah di Bid’ah kan,para kaum pesantren tetap bersikeras untuk menjunjung tinggi budaya dan amaliah NU.
            Selain sebagai sarana mencetak kader penerus NU,pesantren juga sebagai lembaga pengkaderan Ulama’,pengembangan ilmu pengetahuan agama dan pengabdian terhadap masyarakat.Di Indonesia,pesantren sudah tersebar di berbagai kawasan yang memiliki cara pendidikan masing-masing.Ada yang namanya pesantren Slafy,yakni pesantren dengan metode pengajaran kitab-kitab klasik(dikenal dengan istilah kitab kuning) .Pesantren khalafy(semi modern)yang telah memasukkan pelajaran-pelajaran umum dalam Madrasah yang di kembangkan secara klasikal.Dan Pesantren modern yang telah memuat pelajaran-pelajaran umum serta juga mampu mengikuti perkembangan tekhnologi,meskipun begitu ,dalam pembelajaran di pesantren modern juga tidak lepas dari ajaran agama islam.
            Didalam pesantren,terdapat istilah Kyai.Kyai merupakan unsur yang paling esensial dari suatu pesantren.Kyai dalam pondok pesantren berarti orang yang benar-benar menguasai agama islam dalam bidang taugid,fiqih,dan sekaligua ahli tasawwuf.Kyai ,bukan hanya mengajari para santri ,tetapi juga membimbing dengan penuh perhatian layaknya orangtua bagi para santrinya.Biasanya pada even-even besar islam,Kyai pondok pesantren mengadakan acara besar-besaran yang taklain adalah sebagai sarana berdakwah kepada masyarakat agar mereka tak melupakan budaya dan amaliah NU.dan hasilnya,tak sedikit masyarakat yang turut berpartisipasi,bahkan ada yang sampai 1000 jiwa lebih tertampung dalam acara tersebut.Seperti pada Peringatan rutin Rojabiyah,Peringatan Maulid Nabi,Haul pasa Masayikh,dan masih banyak lagi (di pesantren Tambakberas Jombang),tentunya bukan hanya di pesantren ini,namun di semua pesantren akan mengadakan berbagai acara untuk menghormati hari besar Islam.
            Dalam hal ini,sudah sangatlah jelas bahwa tradisi dan budaya NU sangatlah mudah diterima olah semua kalangan.
            Organisasi Nahdlatul ulama’ didirikan dengan tujuan melestarikan,mengembangkan dan mengamalkan ajaran ahlussunnah wal jamaah dengan menganut salahsatu dari empat madzhab(Hanafi,Maliki,Syafi’i,dan Hambali).Selain itu juga, untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilak demi kemslahatan dan kesejahteraan ummat.
            Ketika NU hidup di dunia modern,mau tidak mau organisasi ini juga harus mengembangkan diri,untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang di jalani.Dalam pendekatan dakwah,NU lebih banyak mengikuti dakwah model  Wali Songo ,yaitu menyesuaikan dengan budaya masyarakat setempat dan tidak mengandalkan kekerasan.Karena identiknya gaya dakwah ala wali songo itu,nama wali songo melekat erat dalam Jam’iyah NU.
            NU memiliki empat sikap untuk pendekatan kepada masyarakat :
1.      Sikap Tawasuth dan I’tidal,Yaitu sikap mederat yang berpijak pada prinsip keadilan serta berusaha menghindari segala bentuk pendekatan dengan tatharruf(ekstim).
2.      Sikap Tasamuh,Yaitu sikap toleran yang berintikat penghargaan terhadap perbedaan pandangan dan kemajemukan identitas budaya masyarakat.
3.      Sikap Tawazun,Yaitu sikap seimbang dalam berkhidmat demi terciptanya keserasian hubungan antara sesama umat manusia dan antara manusia dengan Allah SWT.
4.      Sikap Amar ma’ruf nahi munkar,yaitu selalu memiliki kepekaan untuk mendorong perbuatan yang baik,berguna dan bermanfaat bagi kehidupan bersama,serta menolak dan mencegah terhadap semua hal yang dapat menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilai kehidupan.
            Karena prinsip dakwahnya yang model wali songo itu,NU di kenal sebagai pelopor kelompok islam moderat.Kehadiranya bisa di terima oleh semua kelompok masyarakat.Bahkan sering berperan sebagai perekat bangsa.
            Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,Nahdlatul Ulama’ selalu menyatukan diri dengan perjuangan nasional bangsa Indonesia.Nahdlatul Ulama’ secara sadar mengambil posisi yang aktif dalam proses perjuangan mencapai dan memperjuangkan kemerdekaan serta ikut aktif dalam penyusunan UUD 1945.
            Keberadaan NU yang senantiana menyatukan diri dengan bangsa,akan selalu menempatkan NU dan segenap warganya untuk aktif dalam mengambil bagian dari pembangunan bangsa menuju masyarakat yang adil dan makmur yang diridhai Allah SWT.Oleh karenanya,setiap warga NU haruslah menjunjung tinggi UUD 1945.
            Dan didalam semua itu,kader-kader  Nahdlatul Ulama’ senantiasa berperan secara aktif hingga pada masa-masa perubahan di era reformasi 1998.semua itu adahal hasil perjuangan dan jerih payah seluruh bangsa hingga mencapai kemerdekaan pada tanggal  17 agustus 1945.
Dengan ditulisnya artikel ini,semoga akanmenjadi lantaran(jalan) tembukanya kesadaran bagi generasi muda.Bahwa betapa perjuangan yang begitu gigih di tunjukkan oleh para Ulama’ dalam perjalanan negeri ini tanpa mengenallelah baik dibidang pendidikan,politik dan kebutuhan seluruh masyarakat.]
Sebagai salam akhir , 
( memelihara nilai lama yang baik dan menerima nilai-nilai baru yang lebih baik).    


Jombang,01 Februari 2014.(Al-awwal)

Comments

Popular posts from this blog

HUKUM MEMPERINGATI PERAYAAN MAULID NABI SAW

Syi'iran Maulud Nabi Dari KH.M.Djamaluddin Ahmad (Jombang) HUKUM MEMPERINGATI PERAYAAN MAULID NABI SAW Peringatan ( kelahiran nabi ) yang lebih populer dengan ‘’ maulidan ’’ merupakan sebuah tradisi, sekaligus memiliki makna yang mendalam. Sejak dulu, kaum muslimin  telah melakukan peringatan mauled Nabi Saw. Sedangkan, orang yang  pertama kali melaksanakan ‘’Maulidan’’ adalah Rosulullah Saw. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadis Imam Muslim. Namun, sebagian orang masih menganggab bahwa peringatan mauled Nabi Saw merupakan perbuatan bid’ah, dengan alasan bahwa Nabi Saw tidak pernah mengajarkan. Dalam sebuah hadis, Nabi Saw memiliki kebiasaan puasa sunnah senin dan kamis. Ternyata, puasa tersebut memiliki tujuan mulia bagi Nabi Saw, yaitu sebagai bentuk rasa syukur atas kelahirannya. Hal ini terungkap saat salah satu sahabat menanyakan kebiasaan Nabi Saw berpuasa pada hari senin. عن أبي قتادة ، أن أعرابيا قال : يا رسول الله ما تقول في صوم يوم الإثنين ؟ فقال : « ذاك يوم و...

Karakteristik Ajaran Islam

KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Ilmu Pengantar Islam Dosen Pengampu: Moh. Dliya’ul Chaq. M. HI. Oleh: 1.       Muhammad Zulfi Fanani 2.       Hasbullah 3.       Muhammad Afwan Imamul Muttaqin 4.       Lugina M Ramdan 5.       Muhammad Irham Mabruri INSTITUT AGAMA ISLAM BANI FATTAH (IAIBAFA)  TAMBAKBERAS JOMBANG 2017 BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Setiap agama mempunyai karakteristik ajaran yang membedakan dari agama-agama lain. Agama yang didakwahkan secara sungguh-sungguh diharapkan dapat menyelematkan dunia yang terpecah-pecah dalam berbagai bagian-bagian. Perpecahan saling mengintai dan berbagai krisis yang belum diketahui bagaimana cara mengatasinya. Tidak mudah m...

'Mbeling'

Ba'da hataman ngaji kilatan. Ramadhan 1439H Mbeling (Bapak Muhammad Zulianto) Tidak selalu dunia-nya santri lurus dan tenang-tenang saja. Bahkan dibanyak waktu, kelokan tajam dan lubang jalan terjal nyantri kerap menguji. Ada saja masalahnya. Mulai ekonomi sampai "mbolos" ngaji. Dari belajar nakal sampai rambut dipetal. Dari nggandol makan di warung sampai nggandol truck di jalanan. Hingga terkena "candu" warung kopi sampai soal asmara antar asrama. Atau bahkan sampai tidak naik kelas. "Mbeling" adalah istilah yang memiliki banyak arti dan sudah membumi di kalangan santri. Apalagi bagi santri yang memang "mbeling". Rasanya memang tidak lengkap jika nyantri hanya melulu lurus mengaji, nderes, setoran dan wetonan. Sekali-kali harus (pernah) mbeling. Ibarat masakan, mbeling adalah bumbu penyedapnya. Dan penyedap tak perlu banyak-banyak. Asal takaranya terukur dan ada resep yang mengarahkan.             Gus Dur ...