Skip to main content

SANG GURU


SANG GURU

Tergagap aku. Itu kali pertama aku berdiri didepan makammu. Semua doanya kuhafal. Tetap saja aku tergagap. Hanya butir-butir waktu seribu lima ratus tahun yang terangkai-rangkai dalam untaian tali di pelataran kalbu. Sebab serumulah yang membawaku kesini.
Berdirilah, saudaraku! Beri hormat pada lelaki ini. Berdirilah! Ucapkan selawat untuknya. Dialah tuan seluruh anak cucu Adam. Dialah pemimpin semua nabi dan rasul. Dialah yang hadir di penghujung sejarah Parsi dan Romawi, waktu kedua imperium itu mendekati jurang. Dialah yang menyelamatkan umat manusia dari kehancuran.
Dialah sang guru. Coba cari semua sisi kepahlawanan pada semua pahlawan yang pernah mengisi ruang sejarah. Kumpulkan semuanya. Nanti kau temukan semua itu dalam diri sang guru yang terbaring tenang di hadapanku ini : kebaikan yang berserakan pada seluruh pahlawan menyatu ajek dalam dirinya sendiri.
Sendiri pada mulanya ia menyeru. Lalu ada lebih seratur ribu sahabat yang ia tinggalkan saat wafat. Sendiri pada mulanya ia melawan. Lantas ada enam puluh delapan pertempuran yang ia komandani. Tak punya apa-apa ia saat lahir. Lalu ada kekuasaan yang meliputi seluruh jazirah Arab yang ia wariskan saat wafat.
Tapi apa yang lebih agung dari itu adalah seruannya : sampai juga akhirnya cahaya itu kepada kita. Sekarang ada lebih dari satu koma tiga milyar manusia muslim yang menyebur namanya setiap saat. Seperti kakeknya, Ibrahim, yang pernah berdoa : hadirkanlah segenap jiwa mukmun ke rumah-Mu ini ya Allah! Seperti itu juga ia berseru : jumlahmu yang banyak itulah kebanggaanku di hari kiamat.
Cintalah itu sebabnya. Ia mencintai semua manusia. Ia mau melakukan apapun untuk menghadirkan damai, selamat, dan bahagia bagi manusia. Cintalah yang membuatnya mampu menampung segala keluh dalam hatinya. Di hatinya yang lapang kau boleh menumpahkan semua keluh dan harapanmu. Makin lama kau di sisinya, makin dalam cintamu padanya. Waktulah yang membuka tabir keagungannya satu-satu padamu.
Mungkin bukan itu benar yang membuatnya jadi teramat agung. Ada yang lebih agung dari sekadar itu. Dia bukan hanya hebat. Bukan hanya pahlawan. Dia juga melahirkan banyak pahlawan. Dia tidak hanya menjadi sesuatu. Dia juga menjadikan orang lain di sekitarnya sesuatu. Orang lain hanya jadi pahlawan. Orang-orang di sekelilingnya hanya mencatat kepahlawanannya. Mereka tidak jadi apa-apa.
Bangkit di tengah orang-orang buta huruf, berserakan, nomaden, tidaklah mudah meyakinkan mereka menerima cahaya yang ia bawa. Menyatukan mereka apalagi. Menjadikan mereka pemimpin apa lagi. Tapi begitulah kejadiannya : ia merakit kembali kepribadian mereka. Menyatukan mereka. Lalu jadilah para penggembala kambing itu pemimpin-pemimpin dunia. Pada mulanya adalah embun. Laut kemudian akhirnya. Dari embun ke laut : terbentang riwayat kepahlawanan yang agung. Takkan terulang, takkan terulang....
Ust. M. Anis Matta

_________------________


Comments

Popular posts from this blog

HUKUM MEMPERINGATI PERAYAAN MAULID NABI SAW

Syi'iran Maulud Nabi Dari KH.M.Djamaluddin Ahmad (Jombang) HUKUM MEMPERINGATI PERAYAAN MAULID NABI SAW Peringatan ( kelahiran nabi ) yang lebih populer dengan ‘’ maulidan ’’ merupakan sebuah tradisi, sekaligus memiliki makna yang mendalam. Sejak dulu, kaum muslimin  telah melakukan peringatan mauled Nabi Saw. Sedangkan, orang yang  pertama kali melaksanakan ‘’Maulidan’’ adalah Rosulullah Saw. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadis Imam Muslim. Namun, sebagian orang masih menganggab bahwa peringatan mauled Nabi Saw merupakan perbuatan bid’ah, dengan alasan bahwa Nabi Saw tidak pernah mengajarkan. Dalam sebuah hadis, Nabi Saw memiliki kebiasaan puasa sunnah senin dan kamis. Ternyata, puasa tersebut memiliki tujuan mulia bagi Nabi Saw, yaitu sebagai bentuk rasa syukur atas kelahirannya. Hal ini terungkap saat salah satu sahabat menanyakan kebiasaan Nabi Saw berpuasa pada hari senin. عن أبي قتادة ، أن أعرابيا قال : يا رسول الله ما تقول في صوم يوم الإثنين ؟ فقال : « ذاك يوم و...

Karakteristik Ajaran Islam

KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Ilmu Pengantar Islam Dosen Pengampu: Moh. Dliya’ul Chaq. M. HI. Oleh: 1.       Muhammad Zulfi Fanani 2.       Hasbullah 3.       Muhammad Afwan Imamul Muttaqin 4.       Lugina M Ramdan 5.       Muhammad Irham Mabruri INSTITUT AGAMA ISLAM BANI FATTAH (IAIBAFA)  TAMBAKBERAS JOMBANG 2017 BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Setiap agama mempunyai karakteristik ajaran yang membedakan dari agama-agama lain. Agama yang didakwahkan secara sungguh-sungguh diharapkan dapat menyelematkan dunia yang terpecah-pecah dalam berbagai bagian-bagian. Perpecahan saling mengintai dan berbagai krisis yang belum diketahui bagaimana cara mengatasinya. Tidak mudah m...

'Mbeling'

Ba'da hataman ngaji kilatan. Ramadhan 1439H Mbeling (Bapak Muhammad Zulianto) Tidak selalu dunia-nya santri lurus dan tenang-tenang saja. Bahkan dibanyak waktu, kelokan tajam dan lubang jalan terjal nyantri kerap menguji. Ada saja masalahnya. Mulai ekonomi sampai "mbolos" ngaji. Dari belajar nakal sampai rambut dipetal. Dari nggandol makan di warung sampai nggandol truck di jalanan. Hingga terkena "candu" warung kopi sampai soal asmara antar asrama. Atau bahkan sampai tidak naik kelas. "Mbeling" adalah istilah yang memiliki banyak arti dan sudah membumi di kalangan santri. Apalagi bagi santri yang memang "mbeling". Rasanya memang tidak lengkap jika nyantri hanya melulu lurus mengaji, nderes, setoran dan wetonan. Sekali-kali harus (pernah) mbeling. Ibarat masakan, mbeling adalah bumbu penyedapnya. Dan penyedap tak perlu banyak-banyak. Asal takaranya terukur dan ada resep yang mengarahkan.             Gus Dur ...