Skip to main content

Surat Untuk Muhammad Afwan

                Halo. Apa kabar? Katanya kau lagi pusing? Hal bodoh apa saja yang sedang dan selalu kau fikirkan? Ah, aku menyesal kenapa dirimu selalu saja begitu. Kapan mau berubah? Kapan mau jadi tangguh? Kapan bisa semakin tegar?

               Aku yakin, kau tak sekuat Kamil yang sering kau resahkan itu. Lalu kau buat puisi sampai bermalam-malam. Bahkan hatimu tak sebanding dengan miliknya. Kau selalu saja khawatir padahal sudah jelas dia baik-baik saja. Kau tetap saja cemburu padahal sudah jelas dia bersamamu. Ayolah! Jangan buat malu aku, Wan!
                 Kau juga tak setabah Zidan yang sering kau perbincangan di buku catatan kecilmu itu. Aku tahu niatmu baik. Ingin dia baik-baik saja, lancar belajarnya. Tapi caramu yang salah! Sekali tak ketemu, fikiranmu mendadak batu, badanmu sayu. Itu sama saja kau menyiksa dirimu sendiri, Wan!
                Kenapa kau tak fokus saja pada apa yang sekarang berada didepanmu. Sebagai lelaki yang baru saja menginjak usia pendewasaan, bukankah lebih baik kau perbaiki hari-harimu dulu? Titik fokusmu adalah dirimu. Disamping memperhatikan orang-orang tersayangmu juga penting, kau tetap harus mengimbanginya dengan hal positif milikmu.
                Kau ingat kan, jika apa yang kita perjuangkan adalah perbaikan diri, maka cahaya kebaikan akan terpancar dari dalam hati kita. Dan secara tidak langsung akan menyebar, dirasakan oleh orang-orang disekitar kita.
    
                Aku tahu, Wan, daftar nama-nama orang yang selalu saja berkutat dalam fikiranmu. Aku juga tahu siapa saja yang kau bisikkan setiap setelah sholat lima waktu. Aku tahu. Tentu aku turut mendoakan yang terbaik untukmu. Semoga yang kau lakukan selalu dalam lindungan Allah, barokah, manfaat.
                Semangat wan! Selalu berbuat baik! Dan, jangan lupa selalu tersenyum J

Dari yang mustinya kau dekap, selalu lekat.
Dirimu sendiri



Kop Sae – Pujon , Malang. 27 Juli 2019

Comments

Soleh Sugianto said…
Selamat Ramdhan gaes...
sehat selalu

Popular posts from this blog

HUKUM MEMPERINGATI PERAYAAN MAULID NABI SAW

Syi'iran Maulud Nabi Dari KH.M.Djamaluddin Ahmad (Jombang) HUKUM MEMPERINGATI PERAYAAN MAULID NABI SAW Peringatan ( kelahiran nabi ) yang lebih populer dengan ‘’ maulidan ’’ merupakan sebuah tradisi, sekaligus memiliki makna yang mendalam. Sejak dulu, kaum muslimin  telah melakukan peringatan mauled Nabi Saw. Sedangkan, orang yang  pertama kali melaksanakan ‘’Maulidan’’ adalah Rosulullah Saw. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadis Imam Muslim. Namun, sebagian orang masih menganggab bahwa peringatan mauled Nabi Saw merupakan perbuatan bid’ah, dengan alasan bahwa Nabi Saw tidak pernah mengajarkan. Dalam sebuah hadis, Nabi Saw memiliki kebiasaan puasa sunnah senin dan kamis. Ternyata, puasa tersebut memiliki tujuan mulia bagi Nabi Saw, yaitu sebagai bentuk rasa syukur atas kelahirannya. Hal ini terungkap saat salah satu sahabat menanyakan kebiasaan Nabi Saw berpuasa pada hari senin. عن أبي قتادة ، أن أعرابيا قال : يا رسول الله ما تقول في صوم يوم الإثنين ؟ فقال : « ذاك يوم ولدت ف

Karakteristik Ajaran Islam

KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Ilmu Pengantar Islam Dosen Pengampu: Moh. Dliya’ul Chaq. M. HI. Oleh: 1.       Muhammad Zulfi Fanani 2.       Hasbullah 3.       Muhammad Afwan Imamul Muttaqin 4.       Lugina M Ramdan 5.       Muhammad Irham Mabruri INSTITUT AGAMA ISLAM BANI FATTAH (IAIBAFA)  TAMBAKBERAS JOMBANG 2017 BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Setiap agama mempunyai karakteristik ajaran yang membedakan dari agama-agama lain. Agama yang didakwahkan secara sungguh-sungguh diharapkan dapat menyelematkan dunia yang terpecah-pecah dalam berbagai bagian-bagian. Perpecahan saling mengintai dan berbagai krisis yang belum diketahui bagaimana cara mengatasinya. Tidak mudah membahas karakteristik ajaran islam, karena ruanglingkupnya sangat luas, mencakup berbagai aspek kehidupan umat islam. Untuk mengkaji secara rinc

'Mbeling'

Ba'da hataman ngaji kilatan. Ramadhan 1439H Mbeling (Bapak Muhammad Zulianto) Tidak selalu dunia-nya santri lurus dan tenang-tenang saja. Bahkan dibanyak waktu, kelokan tajam dan lubang jalan terjal nyantri kerap menguji. Ada saja masalahnya. Mulai ekonomi sampai "mbolos" ngaji. Dari belajar nakal sampai rambut dipetal. Dari nggandol makan di warung sampai nggandol truck di jalanan. Hingga terkena "candu" warung kopi sampai soal asmara antar asrama. Atau bahkan sampai tidak naik kelas. "Mbeling" adalah istilah yang memiliki banyak arti dan sudah membumi di kalangan santri. Apalagi bagi santri yang memang "mbeling". Rasanya memang tidak lengkap jika nyantri hanya melulu lurus mengaji, nderes, setoran dan wetonan. Sekali-kali harus (pernah) mbeling. Ibarat masakan, mbeling adalah bumbu penyedapnya. Dan penyedap tak perlu banyak-banyak. Asal takaranya terukur dan ada resep yang mengarahkan.             Gus Dur ketika mon