Skip to main content

Posts

Showing posts from 2018

[Jalan Seorang Penghafal Al-Quran]

[Jalan Seorang Penghafal Al-Quran] Ketika engkau memilih jalan sebagai seorang penghafal Al-Quran, maka sungguh engkau telah mengambil suatu amanah yang amat berat. Amanah yang akan engkau pertanggungjawabkan dunia dan akhirat. Amanah yang mengharuskanmu mengurangi waktu selain Al-Quran. Amanah yang selalu menuntutmu untuk memantaskan diri. Amanah yang membuatmu tak sama seperti temanmu yang lain yang bebas melakukan apa saja, berteman dengan siapa dan pergi ke mana saja. Amanah yang akan membuatmu sering menangis ketika hafalanmu buruk. Amanah yang akan selalu mempertanyakan komitmenmu terhadapnya. Amanah yang akan selalu membuatmu merasa bersalah ketika melakukan satu dosa saja. Amanah yang akan mengurangi waktu istirahatmu. Amanah yang menuntutmu untuk selalu berinteraksi dengan Al-Quran. Begitu beratnya amanah ini sehingga dari sekian banyak hamba Allah di muka bumi, Allah percayakan amanah ini pada pundakmu. Gunung saja tidak sanggup memegang amana

Novel WIGATI: "Antara Hanyut, Salut, dan terinspirasi"

Antara Hanyut, Salut, dan Menginspirasi (Tentang Wigati & Hati Suhita Karya Bu Khilma Anis) BABAK I                 Sejak awal, saya sudah curiga tentang isi novel ‘WIGATI’. Pertama kali saya tau buku itu dari story WA salah satu Bu Nyai tambakberas. Hehehe. Maklum, sebagai pecandu buku fiksi – yang notabene masih kawakan – saya langsung terpana dan segera mencari informasi tentang buku itu. dan beruntungnya, ada alumni pesantren yang mosting buku “WIGATI” dengan foto konsep sakral ala jawa. Saya chattingi , dan Seeett! Akhirnya tembus.                 Selang beberapa hari akhirnya si ‘WIGATI’ datang. Lengkap dengan wedang uwuh, penghangat badan. Mulai saya baca. Satu-dua lembar, hingga akhirnya saya sadar. Bahwa kejujuran adalah hal yang sangat dibenarkan. Dan saya jujur, kalau meninggalkan selembar “WIGATI” saja, saya akan hancur dalam remuk rasa penasaran. Seminggu saya khatamkan. Dan “WIGATI” bebas saya pinjamkan pada mereka yang penasaran.                

Kisah: Dikira Bangun Tidur

Kisah: Dikira Bangun Tidur Entah kenapa malam ini tiba-tiba aku terbangun. Kedinginan tidak, apalagi kebelet pipis. Sejak kecil, Ayah selalu mengajariku buang air kecil sebelum tidur. Dan sampai sekarang, aku tak bisa tidur sebelum kencing lebih dulu. A da apa ini? Dekap selimut lebih kurapatkan lagi, tapi sulit rasanya untuk tidur kembali. “Ah, ada apaa ini?!” . Gumamku dalam hati. Sementara sayup angin mesra mengibas-ibaskan daun pohon mangga yang ada didepan surau. Membuatnya landai jatuh ketanah. Aku bangkit, lalu melangkah diantara dengkur rekan-rekan. Disela-sela mimpi nakal mereka.             Ku terobos kesunyian. Mengelilingi bilik-bilik yang sepi. Masjid, parkiran, ruang tamu, kamar mandi, dapur, kantor. Semuanya lelap. Ku hembuskan nafas, lelah. Lalu mengibarkan pandangan ke langit. Menikam bui-bui bintang dan bulan.             “Kalau saja aku bisa kesana” . Gumamku dalam hati.             Suara murottal terdengar sayup. Satu persatu lampu benderang. Mendo

๐Ÿ‘“ Kaca Mata ๐Ÿ‘“

๐Ÿ‘“  Kaca Mata  ๐Ÿ‘“ Beberapa debu menyeka pelipisku. Disini begitu rindang. Entah karena desain ruangannya, atau bintang yang berhamburan di atas sana. "Za, lepasen kacamata mu" "Lepas?  ๐Ÿคจ " Tanyanya. Aku mengangguk. Lantas dia memegang tangkai kacamatanya, mengangkatnya dari daun telinga, dan meletakkanya diatas meja. Aku tersenyum. Hariza terlihat bingung. "Lalu?  ๐Ÿ™„ " "Hehe. Ora. Nek melihat seorang berkacamata aku tertarik memintanya melepas kacamatanya  ๐Ÿ˜… " "Ooh. Hehehe  ๐Ÿ˜ " Suasana mendadak larut. Aku diam, dia juga. Dan soal kacamata, ku rasa itu hanya bual alasan. Minimal agar dia tau kalau aku suka. Kami menguap  ๐Ÿ˜ด . Sesaat setelah pesanan kami datang. Dua cangkir cappucino panas.  ☕ ☕

Kisah: SALING SAPA(?)

Kisah: SALING SAPA(?)  Sore itu, aku duduk diteras masjid. Menunggu Hariza yang kembali ke kamar, "Ambil Uang" Katanya. Disebelahku, ada beberapa anak. Usianya kira-kira 3 tahun lebih muda dariku. Mereka berkisah, tertawa, terpingkal. Biasa, sambil makan jajan dan membuang sampahnya di taman, sembarangan. Ironinya lagi. Beberapa detik setelah bocah-bocah itu serempak mengangguk karena disapa Burhan, sebayaku, mereka berbisik:  "Iku sopo se?! Ora kenal tapi sok kenal  ๐Ÿคจ " "Iyo. Kowa-kowwo des!  ๐Ÿ˜ ๐Ÿ˜œ " Timpal lainnya. Aku terhenyak memandangi mereka.  "Lhaiyooo  ๐Ÿ™„ " Bathinku Dan sekejap, senja menjadi malu seiring sahut gelak tawa mereka. _____________________ @affa_esens :  Achmad Nidzomi _____________________ Suka Puisi?  ๐Ÿ˜˜ Ada Puisi Baru; judulnya "Dingin" Berkisah tentangku dan kawan baruku. Kami berbincang, bercanda, dan sesekali diam. Klik: https://sukapuisii.blogspot.com

Satu Dasawarsa Ibien Post

*Oleh Muhammad Zulianto . Pada bulan Juli lalu, sekelompok santri datang kapada saya. Atas nama Bumi Kreatif, mereka mengajak saya untuk mendongeng tentang kronologi adanya literasi di Bumi Damai Al-Muhibbin dengan iming-iming imbalan "gratis satu cangkir kopi" di kedai kenamaan di Tambakberas. Mereka tahu cara bagaimana sebuah tawaran tidak bisa ditolak oleh saya. Dengan embel-embel untuk mendongkrak minat baca tulis santri, mereka berlagak seperti Don Vito Corleone dalam film God Father "I'll make him an offer that he can't refuse". Tentu "syahwat rasan-rasan" dan "ghiroh ngopi" saya terpancing. Siapa "Pengopi" yang tidak suka jika diiming-iming ajakan "ngopi"?. Maka, pada selasa sore yang ditentukan, sebelum kopi pesanan tiba, mereka sudah mulai mencercar saya dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kembang-kempis peri kehidupan litrasi di Muhibbin. Kapan titimangsa literasi di pesantren Muhibbin?, adak

Selamat Hari Kamis (17)

____________________ Lagi-lagi Siapa dipaksa berfikir keras tentang hidup dan masa depan. Rekan-rekannya sudah sibuk 'menata hidup', sedang dia masih ringsut memikirkan 'apa itu hidup'. Dan, kalau saja kita diam, sepuluh tahun kedepan kita akan melihat Siapa dengan penuh 'belas kasihan'. Nuwus atas pepilinge,  ๐Ÿ™ ๐Ÿ’ช   ๐Ÿ’ช @affa_esens Miftahuddin Hadziq ____________________ ๐Ÿ’‍♂️ Imam Bayhaqi ๐Ÿ’‍♂️ Fiy *Inspiring ๐Ÿ™†‍♂️ Muhammad Ainur Rohman

Selamat Hari Kamis (16) ๐Ÿคง

____________________ Puisi; (?) _ Minggu ini Siapa terlihat lesu. Merasa harinya sangat membosankan. Katanya; "Efek kurang moco iki  ๐Ÿ˜‘ ". Disamping itu, Rinai juga pulang beberapa waktu lalu. Katanya: "Samian jangan tanya kenapa aku pulang  ๐Ÿ˜ " Dunia-pun mulai khawatir. Siapa lengah, jarang makan kata-kata. Asupan gizinya buruk. Kurus. Rinai juga. Dia pulang membawa sejuta kenangan. Kesetiaannya pada Siapa membuat nadinya hampir terhenti. * "Lalu, adakah yang sudi berkisah lagi?  ๐Ÿ˜ฃ ". Tanya Siapa pada sisa hempas angin kepergian Rinai. ____________________ Tambah jago  ๐Ÿ“ธ   Fiy

Selamat Hari Kamis (15) ๐Ÿค—

"Kulina" ____________________ Siapa kaget melihat Rinai yang tiba-tiba muncul dengan wajah garang. Tanpa mengetuk pintu, dia langsung mengambil absen di almari kayu. “Kamu ngapain, Rinai  ๐Ÿคจ ??” “Ngambil absen laah!  ๐Ÿ˜ ” Jawab Rinai sengit. “Ngambil absen? Buat apa?”. Tanya Siapa sambil menahan tawa.  ๐Ÿคญ “Diniyyah laah!” “Eh, Ustaz-ustaz mu iku lo lagi enak-enakan ngopi. Nggak ngerti waktu!”. Tambah Rinai penuh kesal.  ๐Ÿ˜ค Siapa terpingkal. Ckakakakakakaka!  ๐Ÿคฃ ๐Ÿคฃ “Ngguyu opo samiaan?”. Tanya Rinai heran.  ๐Ÿ˜ถ “Haa? Ckakakakakakaa  ๐Ÿ˜… . Samian ikulo. Iki hari kamis, Rinaaai. Diniyyah liburr  ๐Ÿ˜œ ๐Ÿ˜ ” Wajah Rinai memerah, malu.  ๐Ÿ˜ณ “Hehehe”. ____________________ ____________________ ๐Ÿค“ ๐Ÿ‘‰  Bahkan lelah hari terasa nikmat jika harus dilakukan meski penat. 'Iku jenenge Kulina'. Hehehe "Tapi yo ojo mbolosan  ๐Ÿ˜‚ ๐Ÿ˜‚ ". Desak  Muhammad Ainur Rohman "Asyem  ๐Ÿ˜ถ " "Hahahaha Hahahaha" Imam Bayhaqi  ikut tertawa lepas  .

Selamat Hari Kamis (14) ๐Ÿ˜˜

๐ŸŽถ  The Quiet  ๐ŸŽถ _____________________ "Aku pengen tenang  ๐Ÿ˜‘ ". Keluh Rinai. Siapa tersenyum kecil.  ๐Ÿ˜ "Aku tak Pergi aja ya. Pergi yang juauuh.  ๐Ÿ˜™ " "Hush! Jangan ngawur  ๐Ÿ˜ถ . Semua orang juga pengen tenaang, Rinaai  ๐Ÿ‘Š " Tegas Siapa. "Terus gimana ini?  ๐Ÿ˜ซ  Aku buingung sama kerjaanku. Mbuleeet ae, ndak selesai-selesai. Belum nanti nek dipaido konco  ๐Ÿค " Kesal Rinai. Siapa tersenyum kecil untuk yang kedua kalinya.  ๐Ÿ˜ "Aku jadi ingat pesan Guru kita, Rinai  ๐Ÿ˜™ . Beliau dawuh; 'Jadi yang pertama, kita itu harus bingung. kalau sudah bingung maka selanjutnya kita akan mencari, mencari dan mencari" "  ๐Ÿ™„  Begitu ya? ". "Bener, Rinai kuuu  ๐Ÿ˜˜  Semangat yaa  ๐Ÿ˜˜ ๐Ÿค— " ____________________ Hihihi. Itu dawuh Guru bertahun lalu. Saat kami masih Aliyyah, dan sampai kapanpun. Beliau luar biasa. Pikirannya nakal, tapi mengena.  ๐Ÿ˜ *Ngertos siapa Beliau??  ๐Ÿ˜Š