Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2018

CERPEN: 'Kau, Aku dan Serumpun Detik Itu'

Kau, Aku dan Serumpun Detik Itu   (@affa_esens, 28 April 2018) Sepoi jamuan musik terdengar sayup. Bergantian dengan rintik hujan, juga lengkingan detik, terdengar syahdu.   “Maaf, aku harus pergi”. Ungkapnya. Aku tersedak mendengar kalimat itu. “Tapi, bagaimana dengan rumpun hari yang sudah kita nanti?”. Desakku menghadang langkahnya. “Sudah, biar liur langit membuat kita hanyut, lalu berfikir seribu kali untuk bisa bersama kembali”. Rangkai kata yang ia ucapkan membuatku termenung. Ku tatap matanya, indah. Lalu rambut rapihnya, pesona. Wajahnya, ah. Makhluk mana yang tak tertarik setelah memandangnya. “ Tidak! Bukan ini yang aku cari ” Desahku. Kakinya berdecak, bergantian. Seirama dengan iringan musik, rintik hujan dan lengking detik yang menggiurkan. Tetap erat kugenggam lengannya. “Aku harus pergi, Rey!”. Pintanya. Lalu mengendus kesal. Berhembusan. Tangannya terasa kaku, wajahnya memerah. “Luna, dengarkan. Aku tau kau marah soal tadi. Tapi tinggal m

CERPEN: 'Nostalgia Koko Putih'

By @affa_esens  |  In Freme Rizqy Gymnastiar Sebenernya yang punya wajah ndak mau foto ini di Upload, wedi di arani wali jare. Heheh Nostalgia Koko Putih (Affa Esens Okt’ 16)   (Spesial For National Santri’s Day) “Ayah Ayah… aku mau baju itu..!!”. Pinta Naufal sambil mengarahkan tangan mungilnya keluar kaca mobil, menunjuk deretan baju khas lebaran yang beraneka warna. Kesukaan anak-anak.  “Sama Ibu ya Nak….”. tuturku sambil mengusap kepalanya. istriku tersenyum, tanda meng-iyakan. Bocah berumur empat tahun yang duduk bersama ibunya itu bersorak ria “HOREEE HOREEE!!”. Dinda segera membuka pintu mobil merah darah kesayanganku. Hingga akhirnya mereka berdua melangkah menuju toko baju “BAROKAH”. Kios baju itu jaraknya hanya beberapa langkah dari kami.              Kulihat anak dan istriku memadukan bahasa tubuhnya, membuatku tersenyum sendiri. Beberapa saat kemudian, seseorang datang menghampiri mereka yang sibuk mengorek-orek baju. Lelaki berbaju muslim modis

Kisah Santri: 'Lihat Yang Dia Katakan'

(Perbincangan Kecil) انظر ما قال ولا تنظر من قال                 Sebelum menuliskan perbincangan ini, aku teringat sebuah dawuh; “Lihatlah apa yang dibicarakan, jangan melihat siapa yang berbicara” . Ini memberikan kita gambaran bahwa dalam hal nasehat-menasehati kita haruslah terbuka. Tidak gampang mencela jika yang berbicara jauh dibawah usia kita, atau derajatnya jauh dari kita. Sebagai contoh sebuah cerita yang diriwayatkan oleh Abu Ma'syar , tentang remaja yang mencari ahli mauidzah untuk pernikahannya sejumlah 100 orang. Akhirnya dia sudah mendapat 99 ahli mauidzah, kurang satu dan sangat sulit didapat. Sampai pada suatu saat dia bersumpah, bahwa siapapun yang ia temui pertama kali setelah keluar rumah, itulah yang akan dimintainya mauidzah. Dan siapa sangka kalau yang pertama kali ia jumpai adalah sosok orang gila. (Kisah lengkapnya akan saya sampaikan di artikel berikutnya. Hehe) #_____# Suatu saat aku pernah berbincang ringan dengan karib yang entah terpau

CERPEN: 'Merangkai Rindu'

Merangkai Rindu Lembar langit   seakan menerkamku. Hitam legam membentang tanpa titik-titik bintang. Sergap angin malam kerap kali berdesakan dengan daun cemara di teras rumah. Pendar lampu halaman sesekali redup. Seredup kenangan yang kusekap rapat-rapat dalam manah tersunyi.             Aku bangkit, kemudian melangkah menapaki selaras tanah diteras rumah setelah sekian menit termangu. Kubuang pandangan ke segala arah, terlihat bangku terjulur memanjang dibawah rimbun cemara, tampak kesepian. Sejak ke pergian Bapak 18 tahun lalu, ragaku mudah sekali hanyut. Jika saja aku hidup dilautan, maka entah akan terpelanting kemana raga ini. “Naufaaal? Sedang apa kamu, Nak?”. Rupanya ibu memanggilku. Ku lirik jam tangan rolex berparas metalik yang melekat ditanganku. Benar saja, sudah tengah malam. Aku menghela nafas dalam-dalam. Sekedar membuang penat yang menempel di kerongkongan. “Nak?”. “Iya, Bu..”. Jawabku seadanya. Ibu hanya mematung ditepian pintu dengan sorot ma

Enjoying The Light

۞ اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ ۖ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ۚ نُورٌ عَلَىٰ نُورٍ ۗ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ  لِلنَّاسِ ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ ___________________- Merasakan cahaya adalah nikmat yang luarbiasa. Terlebih dalam keremangan dan kegelapan yang menggunung ini. Mendapati cahaya sekilas saja jangan dibiarkan. Karena itulah kebaikan Sang Maha yang tak ternilai harganya. Sekalipun kita mengumpat, lepas sudah bagian terindah yang seharusnya bisa kita dapat. Sekalipun kita bersyukur, bertambahlah segunung kebaikan dan sayang dari Sang Maha. Saat kita dikelilingi beribu cahaya, tapi kita tak merasa dan mengacuhkannya. Seakan diri masih terjaga dari kelindan yang menja

Cerpen: 'Qurban Terakhir'

Qurban Terakhir (Affa, Oktober 2016)             Delapan tahun silam adalah tahun pertama aku nyantri. Melanglang buana dengan tujuan pasti. Memberikanku milyaran bekal yang tertanam didasar lubuk hatiku sampai timbul menyebar luas. Hingga cinta sedikit mengorekku, menyeretku dengan suka ria menjelajah negri eropa. Lepas dari itu, kepekikan sesekali menghantuiku. Ya, aroma pekik kematian tentunya. Dimana hal yang tak terduga itu, datangnya memang tiba-tiba. Nyata!. Delapan tahun silam. Sabtu, 11 September 2007 “Ka, Hari raya besok kau pulang nggak?”. Tanya ku pada Raka. Bocah bersarung hijau kukus kotak-kotak itu terlihat lesu, menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku menghela nafas. “Oh, tenang saja Ka. Kau mau ikut aku pulang?”. Ajak ku dengan riang. Mendengar tawaran itu, Raka menoleh, menyerngitkan kedua alisnya. Aku mengangguk. Lantas ia bangkit “Beneran Mas?”. Sontaknya. Aku menganggukkan kepala. Raka tersenyum senang. Ahad, 12 September 2007.             Tak sepe