Kadang, untuk bisa meyakinkan diri saja sangat sulit. Bagaimana bisa meyakinkan orang lain?
@kkaameel | @affa_esens |
Dan pada kesempatan lain, aku memiliki keinginan agar karibku bisa meluangkan waktunya. Jalan-jalan, tukar fikiran, atau setidaknya mau menyapa. Belakangan aku heran. Bagaimana tidak? Setiap kali aku mengenal seseoang, seakan perkenalan itu adalah pintu menuju perpisahan. Singkat saja. Dan memang begitu.
Seluruh proses sosial terasa
seperti helaan nafas. Tarik-hempas, tapi sangat berharga. Terjadi berunglang
kali, setiap hari. Tanpa kita ingin berhenti sedetikpun. Masa memang tak mau
diajak kompromi. Sekali terlewat, lenyap sudah. Bahkan pada keadaan-keadaan
yang memaksa kita agar cermat, pilah-pilih. Kadang, waktu juga tega merenggut
kesempatan itu jika tak segera diselesaikan.
Nyatanya, setiap orang punya
kesibukan sendiri-sendiri. Bahkan ada beberapa kegiatan yang memang sama sekali
tidak membutuhkan kita. Dan kita harus sadar dengan itu. Tidak mungkin seluruh
waktunya bisa kita tangkap, kita ungkap. Karena memang, keadaan membawa manusia
kepada situasi dimana dia butuh orang lain untuk bekerja, berusaha, berkarya.
Dan semestinya, kita bantu dia dengan doa.
Dan pada baris kesekian ini, aku
menghela nafas panjang. Berusaha menenangkan fikiran. Bergulat dengan segala
kemungkinan bahwa rindu itu akan muncul tiba-tiba, kapan saja. Dan yang menjadi
tantangan baru kali ini adalah: rela. Menetralkan kekalahan atas ego kita
sendiri. Merayakan kemenangan lawan dengan lapang dada.
Sampai beberapa tahun terakhir,
rupanya aku belum bisa menemukan ramuan yang pas agar saat ditinggal seseorang,
bisa merasa lega: rela. Sampai saat ini, yang ada hanya khawatir sebelum
berpisah dan kalut serut kalau hari itu benar-benar tiba. Aku tak bisa
membayangkan bagaimana kalau tiap tahun yang aku alami sama. Itu-itu saja,
merasa kehilangan, merasa kalah, merasa tak ada artinya.
Tapi sebagai manusia, tentu hal
itu tak ingin terus terjadi. Okelah, aku akui kalau untuk mencintai seseorang
tak perlu cara khusus. Terlalu mudah. Tapi kalau merelakan, bagaimana lagi cara
itu bisa didapatkan? Kadang, dalam situasi tertentu, aku belajar dari karibku.
Tentang banyak hal, bagaimana dia menjamu kawan, berlawan, dan banyak hal.
Tentunya soal rela. Tapi entahlah, perihal rela, aku belum bisa menirukan.
Semoga lekas lega.
Comments