Skip to main content

Percaya, Diam dan Lihatlah!

Percaya, Diam dan Lihatlah!

Seorang anak kecil sedang bermain sendirian dengan mainannya. Ketika sedang asyik-asyiknya bermain, tiba-tiba mainannya itu rusak. Dia mencoba untuk membetulkannya sendiri, tapi rupanya usahanya itu dari tadi sia sia saja. Akhirnya dia pun menyerah, dan mendatangi ayahnya agar memperbaiki mainannya tersebut.

Sambil memperhatikan ayahnya memperbaiki mainannya, dia selalu saja memberikan komentar kepada ayahnya, "Ayah, coba lihat bagian sebelah kiri, mungkin di situ kerusakannya." Ayahnya menurutinya, tapi ternyata belum betul juga mainannya.

Maka dia memberi komentar lagi, "Oh, bukan di situ yah, mungkin yang sebelah kanan, coba lihat lagi deh yah." Kali ini ayahnya juga menurutinya, tapi lagi-lagi mainannya itu belum betul.

"Kalau begitu coba yang di bagian depan yah, kali aja masalahnya ada di situ." Kali ini ayahnya marah, "Sudah, kalau kamu memang bisa, mengapa tidak kamu kerjakan sendiri saja ? Jangan ganggu Ayah lagi ! Ayah masih banyak kerjaan lain." kata sang Ayah sambil berlalu pergi meninggalkan anaknya.

Tapi setelah dia mencoba beberapa saat untuk memperbaikinya lagi, ternyata dia masih belum juga berhasil. Akhirnya dia kembali lagi kepada ayahnya sambil merengek, "Tolonglah yah, aku suka sekali mainan ini, kalau rusak begini bagaimana ? Tolong Ayah betulkan supaya bisa jalan lagi ya ?"

Karena tidak tega mendengar rengekan anaknya, si ayah akhirnya menyerah, "Baiklah Nak. Ayah akan memperbaiki mainanmu, asal kamu berjanji tidak boleh memberitahu Ayah apa yang harus Ayah lakukan. Kamu duduk saja dan perhatikan Ayah bekerja. Tidak boleh berkomentar."

Ketika ayahnya sedang memperbaiki mainannya, si anak mulai berkomentar lagi, "Jangan yang itu yah, kayaknya bagian lain yang rusak."

Mendengar hal itu, kali ini ayahnya berkata, "Kalau kamu berkomentar lagi, mainan ini akan ayah lepaskan dan silahkan kamu berusaha sendiri." Karena takut ayahnya akan benar-benar melakukan apa yang dikatakannya, anak itu pun diam dan duduk manis sambil melihat ayahnya memperbaiki mainannya sampai bisa berjalan lagi tanpa mengeluarkan komentar apa pun.

Seperti anak kecil itu, kita pun sering kali berserah kepada Allah SWT tapi masih ingin mengatur Allah SWT bagaimana sebaiknya jalan hidup kita. 

Jika saja kita bisa sepenuhnya pasrah kepada kehendak Allah SWT, maka niscaya sungguh Allah SWT yang Maha Tahu dan sangat mencintai kita akan memberikan apa-apa yang terbaik, lebih dari apa yang kita pikirkan dan do'akan.

Percaya sepenuhnya tanpa ada keraguan dalam menyerahkan urusan kita kepada Allah SWT. Itulah kuncinya.

Sumber: ---------- www.alkisaah.blogspot.com ----------


Comments

Popular posts from this blog

HUKUM MEMPERINGATI PERAYAAN MAULID NABI SAW

Syi'iran Maulud Nabi Dari KH.M.Djamaluddin Ahmad (Jombang) HUKUM MEMPERINGATI PERAYAAN MAULID NABI SAW Peringatan ( kelahiran nabi ) yang lebih populer dengan ‘’ maulidan ’’ merupakan sebuah tradisi, sekaligus memiliki makna yang mendalam. Sejak dulu, kaum muslimin  telah melakukan peringatan mauled Nabi Saw. Sedangkan, orang yang  pertama kali melaksanakan ‘’Maulidan’’ adalah Rosulullah Saw. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadis Imam Muslim. Namun, sebagian orang masih menganggab bahwa peringatan mauled Nabi Saw merupakan perbuatan bid’ah, dengan alasan bahwa Nabi Saw tidak pernah mengajarkan. Dalam sebuah hadis, Nabi Saw memiliki kebiasaan puasa sunnah senin dan kamis. Ternyata, puasa tersebut memiliki tujuan mulia bagi Nabi Saw, yaitu sebagai bentuk rasa syukur atas kelahirannya. Hal ini terungkap saat salah satu sahabat menanyakan kebiasaan Nabi Saw berpuasa pada hari senin. عن أبي قتادة ، أن أعرابيا قال : يا رسول الله ما تقول في صوم يوم الإثنين ؟ فقال : « ذاك يوم ولدت ف

Karakteristik Ajaran Islam

KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Ilmu Pengantar Islam Dosen Pengampu: Moh. Dliya’ul Chaq. M. HI. Oleh: 1.       Muhammad Zulfi Fanani 2.       Hasbullah 3.       Muhammad Afwan Imamul Muttaqin 4.       Lugina M Ramdan 5.       Muhammad Irham Mabruri INSTITUT AGAMA ISLAM BANI FATTAH (IAIBAFA)  TAMBAKBERAS JOMBANG 2017 BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Setiap agama mempunyai karakteristik ajaran yang membedakan dari agama-agama lain. Agama yang didakwahkan secara sungguh-sungguh diharapkan dapat menyelematkan dunia yang terpecah-pecah dalam berbagai bagian-bagian. Perpecahan saling mengintai dan berbagai krisis yang belum diketahui bagaimana cara mengatasinya. Tidak mudah membahas karakteristik ajaran islam, karena ruanglingkupnya sangat luas, mencakup berbagai aspek kehidupan umat islam. Untuk mengkaji secara rinc

'Mbeling'

Ba'da hataman ngaji kilatan. Ramadhan 1439H Mbeling (Bapak Muhammad Zulianto) Tidak selalu dunia-nya santri lurus dan tenang-tenang saja. Bahkan dibanyak waktu, kelokan tajam dan lubang jalan terjal nyantri kerap menguji. Ada saja masalahnya. Mulai ekonomi sampai "mbolos" ngaji. Dari belajar nakal sampai rambut dipetal. Dari nggandol makan di warung sampai nggandol truck di jalanan. Hingga terkena "candu" warung kopi sampai soal asmara antar asrama. Atau bahkan sampai tidak naik kelas. "Mbeling" adalah istilah yang memiliki banyak arti dan sudah membumi di kalangan santri. Apalagi bagi santri yang memang "mbeling". Rasanya memang tidak lengkap jika nyantri hanya melulu lurus mengaji, nderes, setoran dan wetonan. Sekali-kali harus (pernah) mbeling. Ibarat masakan, mbeling adalah bumbu penyedapnya. Dan penyedap tak perlu banyak-banyak. Asal takaranya terukur dan ada resep yang mengarahkan.             Gus Dur ketika mon