Skip to main content

STIBAFA Tambakberas Siapkan Kader Militan Aswaja



STIBAFA Tambakberas Siapkan Kader Militan Aswaja



Para santri tidak cukup hanya merampungkan sekolah formal. Karena tantangan saat melanjutkan kuliah di berbagai kampus ternyata tidak ringan. Tidak sedikit yang salah langkah dan bahkan justru terjerembab ke aliran yang salah.
Kejadian itu tidak semata isapan jempol. Kian banyak saja daftar para santri salah memilih organisasi yang justru bertentangan dengan ajaran selama di pesantren. Disamping mempersiapkan diri dengan pemahaman keagamaaan yang mumpuni, para pengasuh juga harus membekali para santri agar mampu menjaga aqidahnya saat keluar dari pesantren.
Pandangan ini disampaikan Ketua Sekolah Tinggi Islam Bani Fatah (STIBAFA) Tambakberas Jombang, KH Abdul Kholiq Hasan kepada NU Online (25/3). Gus Kholiq, sapaan akrabnya menengarai ada kesenjangan antara semangat untuk melanjutkan studi ke sejumlah kampus ternama di kota besar dengan kesiapan aqidah para santri.
“Tidak sedikit wali santri yang melaporkan kalau anaknya telah berubah haluan,” katanya. Padahal dalam pandangan alumnus pasca sarjana Unisma Malang ini, seharusnya para santri dapat mewarnai lingkungan kampus dengan Islam ala pesantren. “Yang terjadi malah sebaliknya,” ungkapnya.
Sadar dengan tantangan yang tidak kondusif tersebut, STIBAFA beberapa hari lalu meluncurkan kegiatan paket Aswaja di kampusnya. “Tidak semata pemahaman dan pendalaman wawasan keaswajaan, namun para peserta diajari simulasi dan cara berdebat dengan para aktifis Islam kiri maupun kanan,” lanjutnya.
Para peserta diseleksi dengan cukup ketat. “Hanya yang memiliki basic pemahaman kitab kuning yang memadai saja yang akan kita bina secara intensif,” terangnya. Mereka selanjutnya akan dikarantina di Pesantren Nurul Islam Jember, asuhan KH Muhyiddin Abdusshomad.
Diharapkan, setelah memperdalam Aswaja ala NU, para peserta akan menjadi trainer of trainer bagi kaderisasi di kampus ini. “Bila masyarakat membutuhkan, para kader militan ini siap diterjunkan di medan manapun,” sergahnya.
Katib PCNU Jombang ini memandang, apa yang dilakukan kampus STIBAFA dapat juga diselenggarakan di pesantren dan kampus manapun. “Ini demi menjaga tersebarnya Islam yang ramah dan tidak dirongrong oleh pemahaman yang ekstrim,” pungkasnya. (saif)

 Jombang, NU Jombang Online.

Comments

Popular posts from this blog

HUKUM MEMPERINGATI PERAYAAN MAULID NABI SAW

Syi'iran Maulud Nabi Dari KH.M.Djamaluddin Ahmad (Jombang) HUKUM MEMPERINGATI PERAYAAN MAULID NABI SAW Peringatan ( kelahiran nabi ) yang lebih populer dengan ‘’ maulidan ’’ merupakan sebuah tradisi, sekaligus memiliki makna yang mendalam. Sejak dulu, kaum muslimin  telah melakukan peringatan mauled Nabi Saw. Sedangkan, orang yang  pertama kali melaksanakan ‘’Maulidan’’ adalah Rosulullah Saw. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadis Imam Muslim. Namun, sebagian orang masih menganggab bahwa peringatan mauled Nabi Saw merupakan perbuatan bid’ah, dengan alasan bahwa Nabi Saw tidak pernah mengajarkan. Dalam sebuah hadis, Nabi Saw memiliki kebiasaan puasa sunnah senin dan kamis. Ternyata, puasa tersebut memiliki tujuan mulia bagi Nabi Saw, yaitu sebagai bentuk rasa syukur atas kelahirannya. Hal ini terungkap saat salah satu sahabat menanyakan kebiasaan Nabi Saw berpuasa pada hari senin. عن أبي قتادة ، أن أعرابيا قال : يا رسول الله ما تقول في صوم يوم الإثنين ؟ فقال : « ذاك يوم ولدت ف

Karakteristik Ajaran Islam

KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Ilmu Pengantar Islam Dosen Pengampu: Moh. Dliya’ul Chaq. M. HI. Oleh: 1.       Muhammad Zulfi Fanani 2.       Hasbullah 3.       Muhammad Afwan Imamul Muttaqin 4.       Lugina M Ramdan 5.       Muhammad Irham Mabruri INSTITUT AGAMA ISLAM BANI FATTAH (IAIBAFA)  TAMBAKBERAS JOMBANG 2017 BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Setiap agama mempunyai karakteristik ajaran yang membedakan dari agama-agama lain. Agama yang didakwahkan secara sungguh-sungguh diharapkan dapat menyelematkan dunia yang terpecah-pecah dalam berbagai bagian-bagian. Perpecahan saling mengintai dan berbagai krisis yang belum diketahui bagaimana cara mengatasinya. Tidak mudah membahas karakteristik ajaran islam, karena ruanglingkupnya sangat luas, mencakup berbagai aspek kehidupan umat islam. Untuk mengkaji secara rinc

'Mbeling'

Ba'da hataman ngaji kilatan. Ramadhan 1439H Mbeling (Bapak Muhammad Zulianto) Tidak selalu dunia-nya santri lurus dan tenang-tenang saja. Bahkan dibanyak waktu, kelokan tajam dan lubang jalan terjal nyantri kerap menguji. Ada saja masalahnya. Mulai ekonomi sampai "mbolos" ngaji. Dari belajar nakal sampai rambut dipetal. Dari nggandol makan di warung sampai nggandol truck di jalanan. Hingga terkena "candu" warung kopi sampai soal asmara antar asrama. Atau bahkan sampai tidak naik kelas. "Mbeling" adalah istilah yang memiliki banyak arti dan sudah membumi di kalangan santri. Apalagi bagi santri yang memang "mbeling". Rasanya memang tidak lengkap jika nyantri hanya melulu lurus mengaji, nderes, setoran dan wetonan. Sekali-kali harus (pernah) mbeling. Ibarat masakan, mbeling adalah bumbu penyedapnya. Dan penyedap tak perlu banyak-banyak. Asal takaranya terukur dan ada resep yang mengarahkan.             Gus Dur ketika mon